Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Omicron Dan Suku Bunga The Fed, Reksa Dana Masih Cuan?

Sentimen negatif dari menyebarnya varian Omicron dan potensi kenaikan suku bunga The Fed dinilai akan mempengaruhi kinerja reksa dana pada tahun ini.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Prospek kinerja reksa dana pada tahun ini diyakini masih cukup positif meski dibayangi oleh sentimen negatif dari menyebarnya varian Omicron dan potensi kenaikan suku bunga The Fed.

Laporan dari Infovesta Utama pada Selasa (1/2/2022) menyebutkan, instrumen reksa dana masih menyimpan peluang yang cukup optimal. Infovesta menyebutkan, reksa dana saham dan reksa dana pendapatan masih cukup prospektif, meskipun varian Omicron dan rencana kenaikan suku bunga masih menjadi tantangan.

“Ekonomi yang bangkit dan vaksin booster yang sudah mulai terdistribusi menjadi katalis positif terhadap kinerja reksa dana berbasis ekuitas dan surat utang ke depannya,” demikian seperti dikutip dari laporan tersebut.

Adapun, hingga 28 Januari 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,97 persendengan sektor energi memimpin pergerakan dengan kenaikan 13,42 persen yang masih didorong oleh commodity super cycle.

Sementara, sektor teknologi mengalami penurunan terdalam sebesar 13,25 persen. Berikutnya, kinerja indeks LQ45 yang naik 1,97 persen terpantau cukup baik dan mampu melampaui kinerja indeks acuan IHSG. Hal ini mencerminkan kinerja pasar saham di awal tahun cukup solid.

“Kepemilikan investor lokal di pasar saham turut meningkat menjadi 54,15 persen atau lebih unggul dari investor asing per Desember 2021,” demikian kutipan laporan tersebut.

Sentimen yang cukup memberikan kekhawatiran para pelaku pasar yakni inflasi AS yang terus melonjak,  kebijakan tapering yang sedang berlangsung dan rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Selain itu, kenaikan inflasi yang juga terjadi di dalam negeri membuat BI bersiap melakukan pengetatan likuiditas melalui kenaikan GWM dan turut berencana menaikkan suku bunga pada 2022. Hal itu diyakini berpotensi memberikan tekanan pada pasar surat utang dalam negeri.

Pada saat yang sama, kenaikan angka kasus harian varian Omicron kembali mengancam. Tingkat penularannya yang cukup tinggi, meskipun tidak separah varian lainnya tetap memberikan kekhawatiran para pelaku pasar di mana diprediksi mencapai puncaknya pada Februari – Maret 2022. Hal ini juga ditambah dengan kembali diberlakukannya PPKM level 2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper