Bisnis.com, JAKARTA – Harga timah ICDX pada awal tahun ini terpantau masih berada pada tren bullish dengan pergerakan harga rata-rata bertahan di atas US$40.000 per metrik ton (MT). Ketatnya pasokan di pasar global menjadi katalis utama yang menggerakkan harga komoditas logam dasar ini.
Tim Riset ICDX menyebutkan di Indonesia, eksportir timah hingga pekan kedua Januari masih menanti dirilisnya persetujuan ekspor (PE) untuk 2022, sehingga membuat transaksi vakum sejak awal tahun ini.
“Kondisi terbatasnya pasokan juga terlihat di pasar fisik Kuala Lumpur Tin Market [KLTM] yang menunjukkan volume transaksi rata-rata sebesar 5 lot [25 MT] per hari, jauh lebih rendah dibandingkan volume transaksi sebelum pandemi Covid-19 melanda produsen timah terbesar ketiga dunia itu, yang rata-rata transaksi di atas 10 lot [50 MT] per hari,” tulisnya dalam riset, dikutip Minggu (23/1/2022).
Sementara itu, di China yang bergantung pada Myanmar untuk suplai bahan baku timah mengalami penurunan pasca-penutupan bea cukai di Myanmar akibat merebaknya pandemi Covid-19.
Di samping itu, menjelang berlangsungnya perayaan libur Tahun Baru Imlek di China pada bulan Februari mendatang membuat sebagian besar pabrik peleburan di negara produsen sekaligus konsumen timah terbesar dunia itu tutup lebih awal, yang berpotensi akan mengurangi lebih lanjut pasokan timah di pasar global.
Mengutip dari Shanghai Metals Market (SMM), diperkirakan produksi timah China pada Januari akan mencapai 12,485 MT atau lebih rendah 11 persen dibandingkan dengan produksi Desember.
Baca Juga
Selain itu, mengawali 2022, pemerintah China juga merilis sejumlah kebijakan dan aturan pendukung untuk industri kendaraan listrik (EV). Beberapa kebijakan yang diambil termasuk mengurangi subsidi untuk pembelian EV dan mengangkat batas saham pembuat mobil asing di usaha patungan lokal.
Sementara untuk aturan yang diterbitkan antara lain pengolahan limbah baterai, standarisasi mengemudi otonom, fitur standar keselamatan dan juga perlindungan konsumen.
“Semakin jelasnya peraturan pemerintah akan mendorong pertumbuhan industri EV di negara yang menguasai sekitar 40 persen dari porsi pasar EV global itu. Tentunya hal tersebut juga akan menjadi berita gembira bagi komoditi timah yang banyak diaplikasikan dalam pembuatan EV, mulai dari baterai hingga kaca mobil,” imbuh Tim Riset ICDX.