Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk. membukukan pendapatan prapenjualan senilai Rp5,2 triliun pada 2021.
Perseroan melaporkan realisasi itu jauh melampaui target marketing sales yang ditetapkan pada tahun lalu senilai Rp4 triliun. Total marketing sales emiten dengan kode saham SMRA pada 2021 terpantau melonjak 59 persen dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan performa ciamik dari SMRA pada tahun lalu ditopang oleh tren suku bunga rendah.
“Performa tinggi tersebut terutama didorong oleh insentif pajak dan relaksasi LTV yang diinisiasi oleh pemerintah dan Bank Indonesia,” tulis Jono dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, dikutip Senin (17/1/2022).
Adapun, pembayaran menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari pelanggan SMRA meningkat 34 persen pada 2021 dari 23 persen pada 2020. Sedangkan pembayaran menggunakan angsuran tunai menurun menjadi 41 persen pada 2021 dari 54 persen pada 2020.
Dilihat dari area penjualan, marketing sales SMRA dari Summarecon Bogor dan Serpong masih menjadi kontributor utama masing-masing Rp286 miliar dan Rp114 miliar.
Baca Juga
Jono mengatakan dengan perpanjangan insentif properti hingga 2022, penjualan SMRA khususnya di Bogor dan Bekasi berpotensi menjadi penopang pertumbuhan di masa depan.
Henan Putihrai Sekuritas pun merevisi naik target marketing sales SMRA menjadi Rp5,5 triliun pada 2022 dari sebelumnya Rp5,3 triliun.
Saham SMRA juga tetap direkomendasikan beli dengan target harga Rp1.170
Di lantai bursa, saham SMRA melemah 2,65 persen menjadi Rp735 pada Senin (17/1/2021) pukul 15.00 WIB. Sejak awal tahun, harga turun 11,98 persen dengan kapitalisasi pasar Rp12,13 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.