Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar obligasi yang cukup stabil membuat emisi obligasi korporasi untuk keperluan refinancing masih memungkinkan untuk tahun ini. Meski demikian, kewaspadaan investor dan tapering The Fed berpotensi menghambat serapan instrumen ini.
Menurut Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto, selama masa pandemi pada 2020 – 2021 lalu, penerbitan obligasi korporasi masih cukup baik meski dibayangi sejumlah ketidakpastian.
Emiten-emiten masih berani menerbitkan surat utang untuk keperluan refinancing seiring dengan rendahnya biaya emisi atau cost of fund.
Ramdhan mengatakan, kondisi pasar obligasi korporasi di Indonesia pada tahun ini masih cukup kondusif untuk perusahaan yang hendak menerbitkan surat utang. Prospek positif tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang akan berlanjut pada tahun ini.
Selain itu, kondisi pasar surat utang juga didukung oleh tingkat likuiditas pasar yang bagus. Hal tersebut terlihat dari stabilnya pergerakan imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) selama masa pandemi.
“Kalau likuiditasnya bagus, emiten yang menerbitkan obligasi akan mudah mendapatkan dana yang mereka inginkan,” jelasnya saat dihubungi pekan ini.
Baca Juga
Kendati demikian, emiten yang hendak menerbitkan surat utang juga perlu memperhatikan sejumlah risiko yang membayangi.
Ia mengatakan, investor saat ini masih cenderung berhati-hati untuk masuk ke instrumen berisiko seperti surat utang korporasi. Hal tersebut seiring dengan kemunculan varian omicron yang dapat mengganggu laju pemulihan ekonomi dan berimbas pada pasar surat utang.
Selain itu, kebijakan tapering yang dilakukan The Fed juga akan memicu pelemahan imbal hasil surat utang. Akibatnya, biaya yang dikeluarkan emiten untuk emisi obligasi korporasi pun akan meningkat seiring dengan risiko yang semakin besar.
Ramdhan melanjutkan, investor akan melihat rekam jejak sebuah emiten dalam menerbitkan obligasi korporasi sebelum masuk ke instrumen tersebut. Emiten dengan pembayaran kewajiban yang tepat waktu dan tidak gagal bayar akan lebih dicari investor.
“Emiten yang rating utangnya bagus tetapi belum memiliki rekam jejak yang baik masih akan kalah dengan perusahaan yang peringkatnya sedikit dibawah tetapi track record penerbitannya baik,” jelasnya.
Oleh karena itu, Ramdhan mengatakan emiten-emiten yang tergolong baru atau dengan rekam jejak penerbitan yang kurang baik perlu menyiapkan kas internal yang optimal. Hal tersebut agar perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membayar kewajiban mereka jika nantinya tidak mampu menerbitkan obligasi.