Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Sesi I Jatuh 0,81 Persen, Saham NASI, LMAS & TMAS Masih Melejit

Sepanjang sesi I, IHSG bergerak di rentang 6.608,92-6.671,31. Sebanyak 167 saham hijau, 343 saham merah dan 153 saham bergerak stagnan.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,81 persen atau 53,87 poin ke 6.608,99 pada akhir sesi I perdagangan Selasa (14/12/2021). 

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di rentang 6.608,92-6.671,31. Sebanyak 167 saham hijau, 343 saham merah dan 153 saham bergerak stagnan.

Investor asing terpantau mencatatkan aksi jual bersih di seluruh pasar Rp110,59 miliar. Saham PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) menjadi yang paling banyak dilepas asing Rp55,1 miliar.

Menyusul saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang dijual asing Rp44,5 miliar, dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang diobral Rp42,9 miliar.

Selanjutnya, saham-saham yang paling anjlok atau top losers antara lain PT Karya Bersama Anugerah Tbk. (KBAG), PT Sentral Mitra Informatika Tbk. (LUCK) dan PT Central Proteina Prima Tbk. (CPRO). Ketiga saham ini masing-masing turun 6,74 persen, 6,51 persen dan 5,22 persen.

Di tengah pelemahan, masih terdapat saham yang menguat signifikan, yaitu PT Limas Indonesia Makmur Tbk. (LMAS), PT Wahana Inti Makmur Tbk. (NASI) dan PT Temas Tbk. (TMAS). Ketiga saham ini masing-masing melejit 22,50 persen, 21,15 persen dan 19,75 persen.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, pihaknya melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak melemah terbatas dan diperdagangkan pada 6.610-6.690.

Dari sentimen global, perekonomian China sebelumnya digadang-gadang akan pulih lebih cepat, lebih kuat, dan konsisten. Namun, saat ini China harus kembali memberikan stimulus.

“Bank Sentral China juga terus melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut dengan melakukan pemotongan terhadap rasio persyaratan cadangan di bank,” jelas Nico dalam riset harian, Selasa (14/12/2021).

Saat ini China terlihat menghadapi tiga gelombang kejutan, di mulai dari permintaan yang mengalami penurunan, pasokan yang terhambat dan ekspektasi perekonomian yang melemah. Pembuat kebijakan harus dapat mengendalikan risiko dan menstabilkan situasi dan kondisi baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.

“Hari ini pun pasar saham dan obligasi mungkin akan terlihat lebih lesu, namun kami percaya daya magis bulan Desember akan menjaga peluang momentum penguatan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper