Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amerika Siap Rilis Cadangan, Harga Minyak Naik Terbatas

Persediaan minyak mentah AS dalam sepekan naik sebesar 2,31 juta barel untuk pekan yang berakhir 19 November. Stok bensin juga dilaporkan naik sebesar 2,25 juta barel.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mengalami kenaikan tipis setelah sempat turun ke bawah US$80 per barel lantaran beberapa negara konsumen utama bersiap merilis cadangan minyak daruratnya

Meski demikian, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah memberikan dukungan pada pasar minyak dan membatasi penurunan harga lebih lanjut.

Pada perdagangan Rabu (24/11/2021) siang sesi Asia, harga minyak mentah di West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,30 poin atau 0,38 persen ke US$78,0 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent naik 0,18 poin atau 0,22 persen ke US$82,49 per barel.

Berdasarkan data American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah AS dalam sepekan naik sebesar 2,31 juta barel untuk pekan yang berakhir 19 November. Stok bensin juga dilaporkan naik sebesar 2,25 juta barel.

“Data dari API tersebut mengindikasikan permintaan pasar di AS yang sedang lesu. Sementara untuk angka resmi versi pemerintah baru akan dirilis malam nanti oleh badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration [EIA],” tulis tim riset Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) dalam riset, Rabu (24/11/2021).

Namun, ada faktor yang membebani pergerakan harga minyak, yakni setelah pihak Gedung Putih pada Selasa (23/11/2021) mengumumkan bahwa AS akan merilis 50 juta barel minyak dari cadangan strategis negara dengan harapan dapat menurunkan harga bensin yang telah melonjak ke level tertinggi dalam 7 tahun.

Departemen Energi AS berencana merilis 50 juta barel minyak tersebut dalam dua bagian yaitu 32 juta barel dalam beberapa bulan ke depan dan 18 barel sisanya sebagai bagian dari penjualan minyak yang sebelumnya telah disetujui Kongres.

Pihak Gedung Putih juga menambahkan bahwa aksi itu akan dilakukan secara paralel dengan negara-negara konsumen energi utama lainnya termasuk China, India, Jepang, Korea Selatan dan Inggris.

Menyusul pengumuman dari AS, India pada hari Selasa juga mengumumkan akan merilis sekitar 5 juta barel minyak dari cadangan daruratnya dalam 7-10 hari kedepan. Korea Selatan dan Jepang pada Rabu pagi juga mengumumkan hal serupa, di mana masing-masing akan merilis sekitar 3,8 juta barel dan 4,2 juta barel dari cadangan daruratnya.

Di sisi lain, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah justru memberikan dukungan pada harga minyak setelah Koalisi pimpinan Saudi mengatakan bahwa pihaknya akan meluncurkan serangan udara yang menargetkan situs-situs militer di ibukota Yaman Sanaa. Hal ini membuat warga sipil dihimbau untuk tidak berkumpul atau mendekati daerah yang ditargetkan.

“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di US$79,90 US$8130 per barel serta kisaran support di US$77,10-US$75,59 per barel,” kata tim riset ICDX.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper