Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Dibuka Melemah Pagi Ini

Rupiah bergerak melemah 15 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.247 per dolar AS pada pukul 09.24 WIB.
Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan pekan terakhir November 2021, Senin (22/11/2021) mengalami pelemahan.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, nilai tukar rupiah bertengger di angka Rp14.232 melemah 0,08 persen atau 12 poin. Rupiah dibuka melemah ke level 14.220,5.

Rupiah kemudian bergerak melemah 15 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.247 per dolar AS pada pukul 09.24 WIB.

Secara tahun berjalan nilai tukar rupiah masih melemah 1,3 persen. Sementara itu, indeks dolar AS berjangka menguat 0,05 persen atau 0,05 poin ke level 96,132 pada pukul 09.05 WIB. Penutupan level sebelumnya ada di angka 96,075.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS diperdagangkan lebih tinggi lantaran para pedagang berfokus pada kecepatan relatif Bank Sentral AS yang diharapkan untuk menanggapi kenaikan tingkat inflasi dengan kenaikan suku bunga.

“Federal Reserve AS saat ini mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebelumnya karena inflasi terus meningkat dan pemulihan ekonomi dari Covid-19 berlanjut,” tulisnya dalam riset harian, Jumat (19/11/2021).

Data dari pekan sebelumnya juga menunjukkan bahwa inflasi naik ke level tertinggi dalam 30 tahun pada Oktober.

Untuk perdagangan pekan ini, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.220 - Rp14.260 per dolar AS.

Presiden Fed Chicago Charles Evans, salah satu pembuat kebijakan dovish bank sentral, mengatakan pada Kamis (18/11/2021), bahwa ia terbuka untuk mengubah kebijakan moneter pada 2022 jika inflasi terus tetap tinggi.

Evans mengatakan, kenaikan suku bunga pada 2022 bisa menjadi langkah tepat jika inflasi tinggi terus berlanjut.

Sementara itu, data pada Kamis menunjukkan bahwa 268.000 klaim pengangguran awal diajukan di AS sepanjang pekan. Meskipun mendekati level sebelum Covid-19, angka tersebut lebih tinggi dari angka 260.000 dalam perkiraan sejumlah analis.

“Kekurangan pekerja menjadi hambatan untuk pertumbuhan pekerjaan yang lebih cepat,” imbuhnya.

Di dalam negeri, Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di atas level 5 persen pada kuartal IV/2021 dan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depannya.

Salah satu alasan ekonomi diatas 5 persen adalah optimisme dari berbagai capaian indikator ekonomi dan pengendalian Covid-19. Selain itu momentum Indonesia yang akan menjadi Presiden G-20 pada 2022 perlu dimanfaatkan.

Perekonomian Indonesia pada kuartal III/2021 juga masih tetap tumbuh positif sebesar 3,51 persen (yoy). Pertumbuhan ini masih relatif tinggi, di tengah pembatasan mobilitas dan aktivitas (PPKM) akibat lonjakan kasus positif Covid-19 pada bulan Juli-Agustus 2021.

“Dalam jangka pendek, pandemi Covid-19 dan variannya masih menjadi tantangan utama bagi perekonomian global. Sementara, isu perubahan iklim juga menjadi tantangan bagi ekonomi global dalam jangka panjang,” tambah Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper