Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dear Investor, Perhatikan Ini Saat Memilih Reksa Dana Terproteksi

Sejumlah hal perlu dicermati ketika berinvestasi di instrumen reksa dana terporteksi.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Manajer investasi menyebutkan meski imbal hasil atau yield reksa dana terproteksi menarik dan dikenal dengan instrumen reksa dana ‘aman’, tetapi tetap tidak terlepas dari risiko investasi. Untuk itu sejumlah hal perlu dicermati ketika berinvestasi di instrumen tersebut.

Terkait hal itu, Direktur Utama PT Trimegah Asset Management Antony Dirga menyarankan para investor untuk memilih manajer investasi yang konservatif dalam pemilihan obligasi yang bakal menjadi underlying dari reksa dana terproteksi yang dimaksud. 

“Pada akhirnya, janganlah hanya tergoda oleh pembagian kupon atau PHI yang terlihat tinggi, ingatlah bahwa pengembalian prinsipal jauh lebih penting lagi,” jelas Antony kepada Bisnis, Kamis (18/11/2021). 

Oleh karena itu, menurut Antony itulah sebabnya pendekatan yang konservatif dari manajer investasi menjadi sangat penting untuk menghasilkan kinerja terproteksi yang stabil.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra juga menyarankan hal serupa di kesempatan berbeda. Menurutnya dalam memilih produk reksa dana terproteksi, investor jangan hanya terpaku pada potensi yield maupun return. Dia menjelaskan investor juga harus lebih memperhatikan dari sisi aspek risiko. 

“Dan perlu diketahui bahwa reksa dana terproteksi bukan berarti 100 persen aman, tetapi tetap ada resikonya juga dan itu harus dipelajari dan dimengerti oleh investor sebelum berinvestasi,” tambahnya. 

Guntur menyarankan investor pemula dari sisi profil tingkat risiko rendah akan lebih cocok untuk berinvestasi di reksa dana pasar uang. Bagi investor dengan tingkat risiko low-moderate bisa mempertimbangkan untuk berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap atau terproteksi yang memiliki underlying asset yang baik. 

Di sisi lain, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan pemberian keringanan Pajak Penghasilan (PPh) bunga obligasi menjadi salah satu penyebab menurunnya dana kelolaan reksa dana terproteksi. 

“Dari sisi dana kelolaan menurun cukup signifikan karena insentif pajak obligasi yang hilang dan juga penerbitan obligasi baru berkurang terkait pandemi Covid-19,” jelas Wawan kepada Bisnis, Sabtu (21/11/2021). 

Oleh karena itu Wawan mengungkapkan, bagi investor institusi produk reksa dana terproteksi saat ini kurang menarik karena produk reksa dana tidak memiliki keunggulan insentif pajak lagi. 

Namun menurutnya bagi investor ritel, produk reksa dana terproteksi masih menarik karena memiliki keunggulan pembelian nominal yang lebih kecil untuk obligasi. 

“Masih menarik untuk investor ritell karena untuk membeli SUN misalnya minimal Rp1 miliar rupiah, dengan reksa dana terproteksi hal ini bisa teratasi,” ungkapnya.

Meski demikian, Wawan mengingatkan untuk para investor bahwa berbeda dengan reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi tidak likuid karena dana perlu ditahan hingga jatuh tempo. Menurutnya ketika ingin melakukan diversifikasi dengan menginginkan likuiditas, maka investor disarankan untuk berinvestasi pada produk reksa dana pendapatan tetap. 

Produk reksa dana terproteksi jelasnya cocok untuk investor yang memang dananya belum akan digunakan hingga waktu jatuh tempo reksa dana terproteksi tersebut. 

Memilih reksa dana terproteksi, menurut Wawan perlu memperhatikan isi dari portofolio produknya. Hal tersebut dikarenakan, sebelumnya sempat terjadi beberapa kasus di mana asetnya gagal bayar. 

“Idealnya membeli reksa dana terproteksi yang isinya SUN adalah yang paling aman, atau  untuk korporasi sebaiknya yang ratingnya di atas A. Untuk mengejar return memang bisa dengan obligasi A atau BBB, tetapi dengan risiko yang lebih besar,” tutup Wawan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper