Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Trimegah Asset Management Antony Dirga menyampaikan sepanjang tahun ini reksa dana terproteksi banyak mengalami tantangan dengan adanya peristiwa gagal bayar aset dasar atau underlying asset beberapa produk reksa dana terproteksi.
Namun terlepas dari hal tersebut, Antony mengungkapkan kinerja reksa dana terproteksi cukup stabil sepanjang tahun ini .
“Kinerja reksa dana terproteksi banyak mengalami tantangan di tahun ini karena beberapa obligasi yang menjadi underlying mengalami restrukturisasi dan menyebabkan peristiwa gagal bayar untuk reksa dana terproteksi terkait,” ungkap Antony kepada Bisnis, Kamis (21/11/2021).
Lebih lanjut, Antony menjelaskan bahwa jika manajer investasi memilih obligasi yang menjadi underlying terproteksi secara konservatif dan menganalisa kualitas kredit korporasi penerbit obligasi dengan hati-hati, reksa dana terproteksi tetap bisa menghasilkan kinerja yang stabil dan menarik, terutama di era suku bunga yang bergerak turun ini.
Produk reksa dana terproteksi, menurut Antony, tentu saja bisa menjadi pilihan investasi bagi investor pemula. Akan tetapi yang harus diperhatikan ungkapnya adalah faktor likuiditas dari reksa dana tersebut.
“Dibandingkan dengan reksa dana pasar uang yang notabene bisa dilikuidasi kapan saja, likuiditas reksa dana terproteksi sebenarnya sangat bergantung pada likuiditas obligasi yang menjadi underlying-nya,” jelas Antony.
Baca Juga
Menurutnya, jika reksa dana terproteksi itu memiliki jangka waktu 3 tahun, meskipun seringkali terdapat opsi window redemption, dia tetap menyarankan agar investor bersiap untuk menahan investasinya selama tiga tahun.
Antony menyarankan kepada investor untuk mengalokasikan porsi dari portofolio investasi mereka sesuai dengan time horizon atau likuiditas yang diperlukan.
Dia mengungkapkan, produk yang bisa menjadi pilihan investor adalah produk yang terproteksi dengan underlying obligasi korporasi yang memiliki credit rating investment grade.