Bisnis.com, JAKARTA- Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Senin (15/11/2021) waktu Amerika Serikat (AS), tertekan dolar dan imbal hasil obligasi AS yang menguat dan memicu aksi ambil untung.
Emas sebelumnya telah mencetak kenaikan tujuh hari berturut-turut dan meningkat sekitar 2,8 persen pekan lalu atau kenaikan mingguan terbesar dalam enam bulan.
Mengutip Antara, Selasa (16/11/2201), kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, merosot US$1,9 atau 0,1 persen, menjadi ditutup pada US$1.866,60 per ounce. Sebaliknya di pasar spot harga emas terangkat 0,1 persen menjadi diperdagangkan di US$ 1.866,03 per ounce pada pukul 19.02 GMT.
Akhir pekan lalu, Jumat (12/11/2021), harga emas berjangka terdongkrak US$4,6 atau 0,25 persen menjadi US$1.868,50 per ounce, setelah melonjak US$15,6 atau 0,84 persen menjadi US$1.863,90 pada Kamis (11/11/2021), dan bertambah US$17,5 atau 0,96 persen menjadi US$1.848,30 pada Rabu (10/11/2021).
Analis Senior Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan ada beberapa aksi ambil untung secara rutin oleh pedagang secara jangka pendek tetapi tren kenaikan emas masih ada.
Harga emas telah naik sekitar US$100 selama tujuh sesi terakhir, kenaikan beruntun terpanjang sejak Mei, karena daya tariknya sebagai lindung nilai inflasi telah didorong oleh lonjakan harga-harga konsumen AS dan ketika bank-bank sentral utama mempertahankan sikap dovish mereka terhadap suku bunga.
Baca Juga
Harga emas tertekan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang jadi acuan naik mendekati level tertinggi tiga minggu, sementara indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya naik 0,3 persen ke level tertinggi 16 bulan.
Emas juga berada di bawah tekanan tambahan ketika indeks kondisi bisnis manufaktur Empire State Fed New York naik 11,1 poin menjadi 30,9 pada November.
"Jika harga emas gagal menembus di atas US$1.870 hari ini, maka ada risiko yang dapat mendorongnya kembali ke area US$1.830-US$1.835, karena hal itu dapat mengecewakan beberapa investor," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen
Presiden Minneapolis Federal Reserve (Fed) Bank mengatakan pada Minggu (14/11/2021) bahwa dia memperkirakan inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan tetapi mengatakan bank sentral AS tidak boleh bereaksi berlebihan terhadap inflasi yang meningkat karena kemungkinan bersifat sementara.
"Normalisasi kebijakan Federal Reserve, suku bunga yang lebih tinggi, penguatan dolar AS, dan tekanan inflasi kemungkinan memudar pada 2022 akan berdampak harga emas yang lebih lemah," kata analis UBS dalam sebuah catatan.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 24,1 sen atau 0,95 persen, menjadi ditutup pada US$25,105 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik US$7,7 atau 0,71 persen, menjadi ditutup pada US$1.096,90 per ounce.