Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas terkerek menyusul inflasi AS yang lebih cepat sehingga para spekulan cenderung beralih ke emas.
Pada perdagangan terakhir pada Jumat (12/11/2021), harga emas Comex tercatat naik 4,60 poin atau 0,25 persene US$1.868,50 per troy ons. Sementara itu, harga emas spot naik 2,79 poin atau 0,15 persen ke US1.864,90 per troy ons.
Saat ini emas batangan sering dibeli sebagai cara untuk melindungi kekayaan ketika harga konsumen naik. Inflasi tahun ini telah membebani logam karena investor bertaruh bahwa itu akan memacu Federal Reserve untuk mengurangi langkah-langkah stimulus besar.
Namun, dengan The Fed bertekad untuk mempertahankan suku bunga rendah sementara pengangguran tetap tinggi, kekhawatiran tentang inflasi yang tidak terkendali meningkatkan daya pikat emas.
"Inflasi tidak sementara. Ini menyuntikkan beberapa momentum bullish bagi emas," kata Nicky Shiels, Kepala Strategi Logam di MKS (Swiss) SA, silansir Bloomberg, Sabtu (13/11/2021).
Reli emas baru-baru ini menunjukkan bahwa pasar tidak mengharapkan The Fed, yang pekan lalu mengumumkan langkah pengurangan pembelian obligasinya, untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi inflasi saat ini.
Hal itu menciptakan penguatan untuk logam, di mana inflasi mengikis imbal hasil obligasi yang dikendalikan oleh langkah-langkah stimulus, meningkatkan daya tarik aset tanpa bunga seperti emas.
Sebelumny, bullion telah merosot di bawah US$1.700 per ons pada pertengahan Agustus, menyalip penurunan dari rekor tertinggi tahun 2020 menjadi sekitar 19 persen, di tengah kekhawatiran tentang pengetatan Fed.
"Kami memperkirakan The Fed akan memberi sinyal langkah taper yang lebih cepat pada pertemuan bulan depan," kata Aakash Doshi, seorang analis di Citigroup Inc.
Bukan hanya AS yang melihat percepatan inflasi. Data juga menunjukkan cetakan di China, Jepang, dan Jerman naik tercepat dalam beberapa dekade, dan ada tanda-tanda yang memicu permintaan fisik baru untuk emas.