Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan nikel, PT PAM Mineral Tbk (NICL) berhasil mencatatkan kinerja keuangan lebih baik pada kuartal III/2021 dengan laba naik nyaris 75 persen.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2021, Perseroan berhasil mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp23,68 miliar, atau melesat 74,62 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan degan laba bersih pada periode yang sama 2020 sebesar Rp13,56 miliar.
Kenaikan laba bersih pada 9 bulan tahun ini sejalan dengan pertumbuhan penjualan sebesar 26,80 persen secara tahunan menjadi Rp226,02 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp178,25 miliar.
Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan perseroan sudah menetapkan rencana eksplorasi, produksi, dan pemasaran, untuk rencana tahun depan, di tengah masih adanya pandemi Covid-19.
“Untuk eksplorasi, perseroan akan melanjutkan realisasi kerja tahun 2021, dengan melakukan pengeboran pada spasi 25 x 25 meter dan 50 x 50 meter yang telah dilakukan sebelumnya dan analisis demi menambah perhitungan cadangan potensi terukur tambang nikel,” jelasnya pada paparan publik, Rabu (10/11/2021).
Adapun, untuk produksi, perseroan akan melakukan beberapa hal seperti melanjutkan kegiatan land clearing (proses pembersihan awal sebelum penggalian material) dan pengupasan top soil (tanah pucuk) pada lokasi penambangan.
Baca Juga
Selain itu, emiten bersandi NICL ini juga akan melanjutkan kegiatan pengambilan overburden (tanah penutup) untuk tetap mempertahankan dan menambah area exposed ore (lapisan terbuka).
"Kami juga melajutkan kegiatan selective mining dengan mempertimbangan aspek teknis penambangan meliputi kebutuhan dan kemampuan alat, stripping dan fuel ratio, kemiringan lereng, akses jalan tambang dan lain-lain," kata Ruddy.
Dia menjelaskan, langkah lain untuk menggenjot produksi tambang ialah inventarisasi tumpukan ore hasil dari front dengan membuat dome-dome kecil dan melakukan pemeliharaan dengan cara penutupan dengan terpal, blending dan mixing.
Kemudian melakukan kegiatan management stockpile untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.
Sementara itu, untuk aspek pemasaran, perseroan akan melanjutkan model pemasaran bijih nikel seperti mineral bijih logam lainnya yaitu sesuai dengan spesifikasi yang di-butuhkan oleh market (pasar) dan user (pengguna) dalam hal ini smelter (pabrik pengolahan bijih nikel).
Ruddy menjelaskan perseroan optimistis dengan prospek bisnis pertambangan mineral nikel. Pasalnya, saat ini jumlah pasokan nikel masih terbatas di tengah potensi tingginya permintaan dari industri kendaraan listrik (electronic vehicle/EV).
"Permintaan nikel akan melebihi pasokan yang ada. Potensi yang besar bagi perseroan untuk bertumbuh mengingat saat ini baru sebagian kecil dari area yang dieksploitasi," ungkapnya.