Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Finansial Diramal Mendominasi Fund Raising Tahun Depan

Sektor keuangan akan membutuhkan modal yang besar tahun depan. Pasalnya perusahaan-perusahaan sektor tersebut akan menyalurkan kredit ke pasar.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Pemulihan ekonomi tahun depan akan mendorong aksi korporasi untuk menggalang dana terutama dari sektor finansial.

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, mengatakan sektor keuangan akan membutuhkan modal yang besar tahun depan. Pasalnya perusahaan-perusahaan sektor tersebut akan menyalurkan kredit ke pasar.

“Sektor keuangan akan butuh pendaaan karena mereka butuh modal besar untuk salurkan kredit. Pendanaan bisa dari pihak ketiga bank atau menambah modal dengan penerbitan dari obligasi,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.

Belum lagi, banyak perusahaan-perusahaan perbankan yang ingin melakukan ekspansi ke sektor digital sehingga membutuhkan dana segar. Ditambah lagi BEI menargetkan pencatatan efek baru pada 2022 adalah 68 efek yang terdiri dari pencatatan saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi exchange traded fund (ETF), dana investasi real estate (DIRE), serta efek beragun aset (EBA).

Wawan mengatakan target tersebut masih dalam kewajaran karena presentasenya tidak sampai 10 persen dari total emiten di pasar modal. Dia pun meyakini minat investasi masyarakat akan jauh lebih baik dan membesar. Salah satu faktor penopang adalah pemulihan ekonomi serta aktivitas yang kian diperlonggar.

“Dengan bisnis yang berputar emiten butuh fresh money dari pasar modal sebagai opsi pendanaan. Kalau secara akumulatif bisa pecah rekor dibandingkan dengan tahun ini. Tapi kalau IPO lebih dari Rp20 triliun mungkin GOTO tapi saya belum tahu pasti,” katanya.

Selain itu, Wawan mengingatkan investor untuk cermat dalam memilah dan memilih efek untuk dikoleksi. Pasalnya, investor kerap berpikiran membeli efek anyar seperti IPO akan menguntungkan karena bisa ARA berjilid-jilid.

“Jad,i tidak semua IPO itu bisa ARA tapi harus siap juga ARB. Beli saham di bursa harus siap cutloss atau mitigasi lainnya. Investor tidak boleh fokus pada IPO tetapi saya mau beli saham yang baik,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan bursa tidak memiliki target penggalangan dana terkait pencatatan efek baru. Menurutnya BEI akan mendukung segala upaya pencatatan instrument tanpa membeda-bedakan.

Selain itu, Nyoman menambahkan bursa sedang mendorong agar pemerintah daerah bisa menerbitkan obligasi di pasar modal. Dana itu dapat digunakan untuk membangun infrastruktur bagi pelayanan publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper