Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian BUMN baru saja menunjuk Hendi Prio Santoso sebagai CEO Holding Industri Pertambangan Mining Industry Indonesia alias MIND ID.
Penunjukan Hendi tersebut untuk menggantikan yang semula dijabat oleh Orias Petrus Moedak. Adapun Pencopotan dirinya telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPLS) pada Jumat (29/10/2021)
Adapun Hendi Prio Santoso sebelumnya menjabat sebagai Chairman PT Semen Gresik sejak Januari 2018. Selain itu, Hendi juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) sejak September 2017 hingga saat ini. CEO MIND ID baru ini juga sempat duduk sebagai Komisaris PT Saka Energi Indonesia
Dalam catatan profesionalnya, Hendi berkarir di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) cukup lama atau hampir 10 tahun (2007–2017). Di PGN Hendi, sempat menjadi direktur keuangan (2007–2008) dan meninggalkan perusahaan sebagai CEO.
Adapun, pada periode terakhirnya di Semen Indonesia (SMGR), Hendi Prio berhasil membawa perseoran mencatatkan kenaikan laba bersih dobel digit pada paruh pertama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021, emiten dengan kode saham SMGR tersebut mencatatkan laba senilai Rp794,12 miliar atau naik 29,66 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp612,46 miliar.
Baca Juga
Selanjutnya, pendapatan SMGR juga terpantau naik 1,16 persen secara tahunan menjadi Rp16,21 triliun pada semester I/2021 dibandingkan Rp16,02 triliun pada semester II/2021.
Dilihat dari kontribusi pendapatan, penjualan semen tetap mendominasi top line perusahaan pelat merah ini. Namun, penjualan semen terpantau masih turun 1,63 persen menjadi Rp12,92 triliun dari sebelumnya Rp13,14 triliun.
Kendati begitu, penjualan telah meningkat signifikan sebesar 39,78 persen menjadi Rp1,93 triliun dari sebelumnya sebesar Rp1,38 triliun. Adapun, total aset SMGR tercatat turun 3,81 persen menjadi Rp75,02 triliun pada akhir Juni 2021 dari posisi akhir tahun lalu Rp78 triliun.
Ekuitas turun 29,20 persen secara year-to-date menjadi Rp25,24 triliundan liabilitas turun 6,56 persen (ytd) menjadi Rp37,90 triliun.