Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Harga Komoditas Memanas, Unilever Masih Pikir-Pikir Naikkan Harga Produk

Kenaikan harga komoditas yang terus berlanjut turut memengaruhi biaya produksi Unilever.
Dwi Nicken Tari
Dwi Nicken Tari - Bisnis.com 23 Oktober 2021  |  22:48 WIB
Harga Komoditas Memanas, Unilever Masih Pikir-Pikir Naikkan Harga Produk
Presiden Director Unilever Indonesia Ira Noviarti pada saat menjadi panelis dalam June 2021 IEP Virtual Launch oleh Bank Dunia, Kamis (17/6/2021) - \\r\\nDwi Nicken Tari

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konsumer PT Unilever Indonesia Tbk. tidak langsung menaikkan harga jual produknya meskipun melambungnya harga komoditas menambah beban perseroan.

Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti menyampaikan periode kuartal III/2021 masih menantang akibat gelombang II kasus Covid-19 mengakibatkan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di berbagai wilayah di Indonesia.

Selain tantangan dari sisi pandemi, Ira juga menyampaikan kenaikan harga komoditas yang terus berlanjut turut memengaruhi biaya produksi perseroan.

“Berbagai tantangan tersebut mempengaruhi konsumen dalam pemilihan pola konsumsi di berbagai kategori, dan mempengaruhi tingkat pertumbuhan perseroan,” tulis Ira dalam siaran pers, Kamis (21/10/2021).

Adapun, kenaikan biaya produk yang disebabkan kenaikan harga komoditas disebut Ira tak dapat langsung dibarengi dengan kenaikan harga jual produk Unilever karena mempertimbangkan daya beli masyarakat yang masih rendah selama pandemi.

Namun demikian, UNVR telah menyiapkan strategi untuk 2022 yang dapat menjawab tantangan tersebut. Ira mengatakan strategi itu merupakan turun dari strategi jangka panjang 2025 yang terdiri dari lima strategi.

Pertama, memperkuat dan membuka potensi penuh dari brand-brand besar dan produk utama melalui inovasi yang terdepan dan menstimulasi konsumsi konsumen.

Kedua, memperluas dan memperkaya portofolio ke value dan premium segmen. Ketiga, memperkuat kepemimpinan di channel utama (GT dan Modern Trade) dan channel masa depan (e-Commerce).

Keempat, memimpin di digital & data driven capabilities, dan kelima, tetap menjadi yang terdepan dalam penerapan bisnis yang berkelanjutan.

“Mempertimbangkan kondisi yang kita semua hadapi di kuartal tiga, situasi masih akan menantang karena membutuhkan waktu transisi yang tidak sebentar sebelum konsumen dapat kembali ke purchasing behaviour sebelum pandemi," ujar Ira.

Meski demikian, UNVR optimis bahwa dengan strategi yang dijalankan, perseroan sudah di jalur yang tepat untuk kembali menuju pertumbuhan yang konsisten dan berkelanjutan. Ira berharap bahwa situasi akan terus membaik, perekonomian Indonesia akan kembali bangkit, demikian pula halnya dengan perseroan.

Sementara itu, Unilever Indonesia mencatatkan penurunan penjualan dan laba pada periode sembilan bulan pertama 2021.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, emiten dengan kode saham UNVR ini membukukan pendapatan senilai Rp30,02 triliun atau turun 7,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp32,45 triliun.

Dilihat dari kontributornya, penjualan makanan dan minuman mengalami kenaikan 6,20 persen menjadi Rp9,48 triliun dari sebelumnya Rp8,93 triliun. Namun, penjualan kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh masih terkontraksi 12,94 persen menjadi Rp19,23 triliun dari sebelumnya Rp22,09 triliun.

Selanjutnya laba UNVR tercatat senilai Rp4,37 triliun per akhir kuartal III/2021 atau turun 19,48 persen dibandingkan Rp5,43 triliun per kuartal III/2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

unilever Kinerja Emiten harga komoditas unilever indonesia
Editor : Hafiyyan

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top