Bisnis.com, JAKARTA – Analis JPMorgan Chase & Co. menilai lonjakan harga Bitcoin hingga menyentuh level tertinggi sepanjang masa lebih dipicu oleh kekhawatiran inflasi daripada euforia peluncuran ETF Bitcoin berjangka pertama AS.
Berdasarkan data Coinmarketcap.com, harga Bitcoin menyentuh level US$66.930,39 pada Rabu (20/10/2021). Pada Kamis (21/10) pukul 7.43 WIB, harga cryptocurrency dengan valuasi terbesar ini tercatat pada US$65.849,46.
Tim analis JPMorgan termasuk Nikolaos Panigirtzoglou mengatakan kecil kemungkinan bahwa peluncuran ProShares Bitcoin ETF (BITO) memicu fase baru arus modal segar ke dalam aset Bitcoin
“Sebaliknya, kami percaya ada persepsi Bitcoin sebagai lindung nilai inflasi yang lebih baik daripada emas adalah alasan utama kenaikan saat ini, sehingga memicu pergeseran dari ETF emas ke ETF Bitcoin sejak September,” tulis JPMorgan, dikutip Bloomberg, Kamis (21/10/2021).
Kekhawatiran atas inflasi telah telak memicu minat investor pada aset yang dapat bertindak sebagai lindung nilai, termasuk Bitcoin. Dalam beberapa pekan terakhir, emas dianggap gagal menanggapi kekhawatiran yang meningkat atas meningkatnya tekanan inflasi. Selain itu, pergeseran dari ETF emas ke ETF Bitcoin telah meningkat pesat.
“Pergeseran aliran ini tetap utuh mendukung prospek bullish untuk Bitcoin hingga akhir tahun,” kata analis.
Baca Juga
Ambil contoh, Bloomberg mencatat SPDR Gold Shares ETF (GLD) senilai $56 miliar tengah mengalami aliran keluar modal selama empat bulan berturut-turut senilai lebih dari US$3,6 miliar.
Sementara itu, JPMorgan mengatakan investor Bitcoin telah memiliki banyak pilihan investasi. Sebelum BITO, Kanada meluncurkan Purpose Bitcoin ETF (BTCC), yang awalnya mendapat sambutan hangat namun kemudian perlahan memudar. “Hype awal dengan BITO bisa memudar setelah seminggu,” kata mereka.
BITO pekan ini juga mencatat momen bersejarah saat debutnya pada hari Selasa sebagai ETF yang paling banyak diperdagangkan kedua dalam sejarah. Aset ini melanjutkan rekornya pada hari kedua dengan volume perdagangan lebih dari 29 juta saham senilai lebih dari US$1,2 miliar pada Rabu.