Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Pikat Emas Berkurang Tertekan Penguatan Imbal Hasil Obligasi AS

Investor semakin memperkirakan Federal Reserve AS mulai mengurangi pembelian aset setelah data menunjukkan peningkatan yang solid dalam harga-harga konsumen AS bulan lalu.
Emas batangan cetakan PT Aneka Tambang Tbk. Harga emas 24 karat Antam dalam sepekan terakhir mengalami lonjakan hingga menyentuh hampir Rp1 juta per gram./logammulia.com
Emas batangan cetakan PT Aneka Tambang Tbk. Harga emas 24 karat Antam dalam sepekan terakhir mengalami lonjakan hingga menyentuh hampir Rp1 juta per gram./logammulia.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali melemah pada akhir perdagangan Senin (18/10/2021) waktu New York, mencatat kerugian hari kedua berturut-turut karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengurangi daya tariknya.

Mengutip Antara, Selasa (19/10/2021), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, jatuh US$2,6 atau 0,15 persen, menjadi ditutup pada US$1.765,70 per ounce. Akhir pekan lalu, Jumat (15/10/2021), emas berjangka juga anjlok US$29,6 atau 1,65 persen menjadi US$1.768,30.

Emas berjangka terdongkrak US$3,2 atau 0,18 persen menjadi US$1.797,90 pada Kamis (14/10/2021), setelah melonjak US$35,4 atau 2,01 persen menjadi US$1.794,70 pada Rabu (13/10/2021), dan menguat US$3,6 atau 0,21 persen menjadi US$1.759,30 pada Selasa (12/10/2021).

"Jika imbal hasil terus meningkat, hambatan akan tetap signifikan untuk emas. Kecuali pasar mulai mempertimbangkan berita buruk bagi ekonomi dan pasar saham, yang mungkin menjadi langkah rasional berikutnya jika pembuat kebijakan bersikeras untuk melakukan pengetatan bahkan ketika pemulihan tetap lamban dan risiko penurunan signifikan," kata analis OANDA, Craig Erlam

Sentimen di pasar keuangan yang lebih luas tetap lemah karena pertumbuhan ekonomi di China melambat, sementara lonjakan harga minyak yang tak henti-hentinya memicu kekhawatiran tentang peningkatan inflasi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik karena investor meningkatkan taruhan kenaikan suku bunga, sementara indeks dolar tetap stabil.

Sementara emas dipandang sebagai lindung nilai inflasi, emas juga bersaing dengan greenback untuk status safe-haven. Pengurangan stimulus bank sentral dan prospek kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, membebani emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Investor semakin memperkirakan Federal Reserve AS untuk mulai mengurangi pembelian aset setelah data menunjukkan peningkatan yang solid dalam harga-harga konsumen AS bulan lalu.

"Jika The Fed mempercepat agenda pengetatan kebijakannya, memperkuat dolar di sepanjang jalan, itu akan melemahkan emas," kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity.

Namun laporan Federal Reserve pada Senin (18/10/2021) bahwa produksi industri AS turun 1,3 persen pada September, jauh lebih besar dari yang diharapkan karena efek Badai Ida yang masih ada terus menghambat aktivitas, memberikan beberapa dukungan pada emas.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 8,5 sen atau 0,36 persen, menjadi ditutup pada US$23,264 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun US$21 atau 1,98 persen, menjadi ditutup pada US$1.037,90 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper