Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan saham-saham blue chip yang tengah agresif masih berpotensi terus menguat untuk menopang laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai akhir tahun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan IHSG tengah membutuhkan katalis positif berikutnya untuk bisa mendaki level yang lebih tinggi dari 6.500. Dalam waktu dekat, lanjutnya, indeks gabungan justru rawan terkoreksi.
“Saya prediksi akan ada konsolidasi dulu untuk IHSG bisa melaju lagi,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (13/10/2021). Meski demikian Wawan masih optimistis IHSG berpeluang untuk terus menguat ditopang oleh pergerakan saham-saham berkapitalisasi jumbo.
Dari sisi ekonomi makro, lanjutnya, pemerintah sepertinya tidak akan memperketat kembali PPKM. Hal itu dapat berimbas positif bagi operasional emiten-emiten blue chip.
Wawan menilai bila level PPKM terus diturunkan oleh pemerintah akan membuat proyeksi pendapatan meningkat hingga akhir tahun. “Untuk akhir tahun ini masih didukung pergerakan saham blue chip, koreksi mungkin terjadi karena profit taking tapi support IHSG masih akan kuat di level 6.300,” imbuhnya.
Dari beberapa saham blue chip, Wawan memilih empat emiten sebagai favorit utama. Yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan target Rp8.000 per saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Rp4.750 per saham, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) Rp9.500 per saham, dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Rp5.500 per saham.
Baca Juga
Khusus bagi BBCA, Wawan berpendapat usai aksi stock split saham perseroan minim potensi terkoreksi. Pasalnya dia menilai investor lokal dan asing masih mengidolai BBCA sebagai primadona.
“[BBCA] sebagai saham dengan kapitalisasi terbesar di bursa dan prospek perbankkan pada masa pemulihan [ekonomi] sangat menarik,” imbuhnya.
Selain itu, Wawan Hendrayana mengatakan investor dapat memasang strategi buy on weaknees ketika IHSG sedang bullish seperti sekarang. Akan tetapi, Wawan lebih merekomendasikan saham-saham big caps karena menjadi favorit investor asing.
“Investor bisa memanfaatkan buy on weakness bila ada koreksi, saat ini minat investor terutama asing masih pada blue chip,” katanya.
Sementara untuk saham-saham kategori kedua dan ketiga bisa menjadi diversifikasi bagi para investor. Selain itu, investor jangka pendek bisa mempertimbangkan aksi profit taking pada bulan Desember ketika momentum window dressing.