Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merger & Akuisisi Marak, Investor Ritel Wajib Perhatikan 3 Hal Ini

Aksi akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahan yang sudah menghasilkan kinerja baik tentu memiliki risiko yang jauh lebih rendah.
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang 2021, aksi merger dan akuisisi cukup marak baik dari emiten swasta, BUMN, hingga perusahaan rintisan. Investor ritel disarankan memperhatikan sejumlah hal agar dapat melihat lebih baik dampak dari aksi korporasi tersebut.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menilai maraknya aksi merger dan akuisisi lebih karena momentum yaitu momentum pemulihan ekonomi.

Dia menjelaskan setidaknya terdapat 3 hal yang mesti diperhatikan para investor ritel terutama dengan maraknya aksi merger dan akuisisi pada 2021 ini.

"Pertama, hasil merger dan akuisisi tersebut seberapa cepat berimbas terhadap performa perusahaan, semakin cepat tentu semakin baik," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (30/9/2021).

Aksi korporasi yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahan yang sudah menghasilkan kinerja baik tentu memiliki risiko yang jauh lebih rendah apalagi jika dihadapkan dengan pendanaan aksi merger dan akuisisi menggunakan dana pinjaman.

Kedua, kontribusi dari objek merger dan akuisisi terhadap perusahaan survival atau perusahaan utama. Jika hasil merger dan akuisisi bisa menaikan pertumbuhan perusahaan dengan signifikan tentu nilai tambah yang dihasilkan semakin besar dari aksi tersebut.

Ketiga, prospek sektoral. Dampak dari aksi merger dan akuisisi tentu akan sangat bergantung dari kondisi sektoral.

"Aksi merger atau akuisisi di sektor perhotelan dengan sektor telekomunikasi atau pelayanan kesehatan tentu memberikan hasil yang berbeda," imbuhnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya ada 4 aksi merger yang cukup besar dan 24 aksi akuisisi yang melibatkan emiten pasar modal.

Aksi merger besar pada tahun ini dimulai dengan merger Bank BRI Syariah, BNI Syariah, Mandiri Syariah menjadi entitas baru PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dengan total aset hasil merger menjadi Rp240 triliun. Belum lagi ada merger Gojek dan Tokopedia yang menghasilkan total aset US$17 miliar.

Terbaru ada aksi merger Pelindo I, II, III, dan IV yang menghasilkan Holding Pelabuhan Indonesia dengan total aset mencapai Rp112 triliun. Terbaru, Indosat dan Hutchinson 3 Indonesia bergabung membentuk PT Indosat Ooredoo Hutchinson dengan total aset menjadi US$6 miliar.

Adapun, aksi akuisisi terbaru dilakukan oleh PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) yang mengakuisisi 51 persen saham perusahaan saudaranya PT Oneject Indonesia sebagai produsen jarum suntik. Adapula aksi Blibli.com yang mengakuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) untuk memegang 51 persen sahamnya.

Belum lagi aksi emiten menara seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) yang ingin mencaplok PT Solusi Tunas Pratama Tbk. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper