Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas berakhir menguat tipis pada akhir perdagangan Jumat (24/9/2021), didorong oleh melemahnya dolar AS penghindaran terhadap aset berisiko di tengah berlanjutnya krisis Evergrande.
Di sisi lain, bayang-bayang kepastian rencana pengurangan program pembelian aset atau tapering bank sentral Amerika Serikat menahan penguatan harga emas lebih lanjut.
Dilansir Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange ditutup menguat 0,11 persen atau 1,9 poin ke US$1.751,70 per troy ounce.
Sehari sebelumnya, Kamis (23/9/2021), emas berjangka anjlok 29 poin atau 1,63 persen ke US$1.749,80, level penutupan kontrak terendah dalam lebih dari enam pekan.
Analis OANDA Craig Erlam mengatakan meskipun emas memulihkan kerugiannya dari pelemahan 1,63 persen pada Kamis, harga emas diperkirakan masih akan melemah lagi.
"Kita akan melihat kelanjutan dari tren penurunan yang didorong oleh sikap The Fed, terutama karena kekhawatiran seputar Evergrande telah mereda," kata Erlam, dikutip Sabtu (25/9/2021).
Baca Juga
Harga emas turun ke level terendah satu bulan pada Kamis (23/9/2021) di tengah ekspektasi bahwa the Fed dapat menaikkan suku bunganya. Tetapi melemahnya indeks dolar pada Jumat kembali memberikan dukungan terhadap harga logam mulia ini.
"The Fed telah mengumumkan bahwa tapering sudah di depan, langkah selanjutnya adalah kapan diterapkan, itu akan mendorong suku bunga riil lebih jauh lagi, dan itu akan menjadi sentimen negatif untuk emas," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan pada Jumat bahwa bank sentral dapat mengurangi dukungannya terhadap ekonomi pada November dan mulai menaikkan suku bunga pada akhir tahun depan jika pasar tenaga kerja terus membaik.