Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menuju reli penguatan mingguan kelima berturut-turut menyusul ketatnya pasar di tengah krisis energi global yang akan meningkatkan permintaan komoditas emas hitam ini.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November menguat 0,03 persen ke level US$73,32 per barel pada pukul 14.27 WIB di New New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman November terpantau menguat 0,19 persen atau 0,15 poin ke level US$77,40 per barel.
WTI bertahan di atas US$73 per barel, sementara patokan global Brent diperdagangkan mendekati penutupan tertinggi sejak 2018. Persediaan minyak mentah telah menyusut dari Eropa ke AS, bahkan ketika OPEC+ menambahkan lebih banyak pasokan.
Permintaan untuk produk minyak di pembangkit listrik diperkirakan akan naik. menyusul lonjakan harga gas alam menjelang musim dingin di belahan bumi utara.
Sementara itu, China menjual minyak ke Hengli Petrochemical Co. dan PetroChina Co. dalam lelang pertama minyak mentah dari cadangan strategisnya. Kelas minyak yang dijual termasuk Oman, Upper Zakum, dan Forties.
Baca Juga
Minyak terus menguat dalam beberapa hari terakhir setelah meredanya ketidakpastian mengenai permintaan karena penyebaran cepat varian delta virus corona, dengan beberapa pedagang dan bank terbesar di dunia memperkirakan bahwa harga dapat naik lebih jauh karena krisis energi.
OPEC juga memperkirakan konsumsi minyak mentah global bisa naik 370.000 barel per hari jika harga gas alam tetap tinggi untuk waktu yang lama.
Nalais komoditas ING Groep NV Warren Patterson mengatakan pasar minyak akan mengetat pada kecepatan yang lebih cepat dari perkiraan dalam beberapa bulan mendatang, yang akan terbukti mendukung harga.
“Pengetatan di pasar gas telah meluas ke minyak, dengan permintaan akan mendapat manfaat dari substitusi,” ungkap Patterson, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (24/9/2021).