Bisnis.com, JAKARTA – Menjelang berakhirnya kuartal III/2021 indeks IDXTech kekurangan bahan bakar untuk bisa meroket seperti kuartal-kuartal sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks khusus sektor teknologi itu telah terkoreksi sebesar 8,40 persen dari level 10.791 menjadi 9.785 sepanjang Juli-21 September 2021. Hal itu berbanding terbalik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 261,46 persen.
Pada paruh ketiga tahun ini, IDXTech bergerak rata-rata di kisaran 10.784 dengan level tertinggi menyentuh 11.997. Pelemahan pada indeks anyar itu membuat IHSG kehilangan daya dorong. Pasalnya emiten yang tumbuh signifikan justru berbalik menjadi penekan.
Misalnya DCII yang terkoreksi 22,54 persen dan EMTK yang turun 20,80 persen. Keduanya memiliki bobot kontribusi atas pergerakan IHSG sebesar 35 persen. Di sisi lain, DMMX mampu masuk jajaran 10 top leaders yang mampu menopang IHSG dengan pertumbuhan 87,34 persen.
Kurangnya daya gedor membuat bobot IDXtech terhadap IHSG menciut dari posisi 6,48 persen pada Agustus menjadi 5,57 persen sepanjang September. Sementara itu dibandingkan dengan sektor finansial, consumer non-cylicals dan industry dasar masih kalah jauh. Masing-masing indeks mencatatkan bobot 38 persen, 13 persen dan 10 persen.
Sebelumnya, Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan Indonesia memiliki populasi yang besar sehingga potensi ekonomi digital Indonesia juga sangat besar.
Baca Juga
“Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dapat mencapai 23 persen per tahun hingga 2025, menjadi yang terbesar di ASEAN. Sementara itu sektor teknologi belum direpresentasikan dengan baik di IHSG, di mana bobot sektor teknologi di IHSG hanya sekitar 6,5 persen,” katanya dalam keterangan resmi pada Senin (20/9/2021).
Sementara berkaca dari indeks saham luar negeri, sektor teknologo memiliki bobot yang sudah jauh lebih tinggi, seperti pada indeks MSCI Asia Pacific di kisaran 18,8 persen. Lalu di MSCI World yang mencapai 22,5 persen.
Maka itu menurutnya peningkatan bobot sektor teknologi di pasar saham Indonesia dapat meningkatkan daya tarik Indonesia di mata investor. Oleh karena itu dia optimistis terhadap sektor teknologi dan peranannya yang dapat semakin meningkat di pasar saham Indonesia.
Sebagai informasi, riset dari Google, Temasek, dan Bain memperkirakan ekonomi digital Indonesia dapat tumbuh 23 persen per tahun hingga 2025. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB nominal Indonesia.