Bisnis.com, JAKARTA — Peternak-peternak sapi dan unggas di sejumlah daerah mulai dibuat kelimpungan oleh harga pakan ternak yang naik. Hal ini kemudian berdampak terhadap peningkatan ongkos dan beban operasional.
Harga jagung yang naik adalah salah satu penyebab kenaikan tersebut. Namun, faktor ini sebenarnya bukan kejutan.
Sebelumnya, Fitch Solutions menyebutkan harga jagung akan bergerak lebih tinggi pada tahun ini seiring dengan menurunnya jumlah panen di negara-negara produsen.
1. Ketahanan CPIN, JPFA, & MAIN di Tengah Tekanan Harga Pakan
Dalam laporannya, Fitch Solutions memaparkan pasar akan mengalami defisit pasokan sebesar 20 juta ton pada musim 2020/2021. Defisit tersebut kemudian akan berbalik menjadi surplus sebesar 15 juta ton pada musim 2021/2022 dan mencapai 24 juta ton pada musim 2024/2025.
Lantas, akankah kenaikan harga pangan tersebut juga berdampak negatif terhadap korporasi besar penghasil daging seperti PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk. (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), hingga PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN)?
Pembahasannya dapat Anda baca di sini.
Mobile Banking Bank Nobu./nobubank.com
2. Rancangan Bank Digital NOBU & Gerak Grup Lippo Bersama GoTo
Grup Lippo tengah meracik strategi agar PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) mampu mengoptimalkan ceruk pasar digital.
Emiten peritel gaya hidup PT Matahari Departement Store Tbk. (LPPF) akan punya kans kuat menjadi penopang ekosistem digital tersebut. Isyarat ini juga tampak jika melihat porsi kepemilikan besar Grup Lippo di NOBU, yang mana sekitar 22 persen dari porsi tersebut tercantum atas nama LPPF.
Sebelumnya, manajemen LPPF menjelaskan bahwa transaksi itu merupakan landasan hubungan strategis jangka panjang. Pihak manajemen LPPF juga meyakini investasi berikut kemitraan dengan NOBU akan membawa peluang potensial untuk mengembangkan bisnis di seluruh nusantara.
LPPF menyebut ada beberapa manfaat dari transaksi, termasuk perolehan kemampuan perbankan dan keuangan untuk membangun layanan keuangan perseroan kepada pelanggan. Selain itu, LPPF memiliki kemampuan untuk menawarkan fitur layanan tambahan termasuk pembentukan ekosistem digital untuk pelanggan dan juga perseroan dalam mendapatkan pendapatan tambahan.
Pembahasan lanjutan mengenai arah digitalisasi Bank Nobu dapat Anda baca di sini.
Sejumlah mobil memasuki gerbang tol Pondok Ranji di Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/3/2020)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
3. Siasat Jasa Marga (JSMR) Kejar Target Belanja
Rendahnya serapan belanja modal pada paruh pertama adalah pekerjaan rumah yang bakal jadi prioritas PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) pada sisa tahun ini.
Dua proyek sudah diagendakan bakal bergulir dan menyerap sisa pundi-pundi modal perseroan, yakni tol Manado-Bitung untuk seksi Danowudu-Bitung dan ruas tol Cinere-Serpong untuk seksi Cinere-Pamulang.
Selain mengejar kedua ruas tersebut, JSMR juga akan melanjutkan pengerjaan pada proyek jangka panjang Jakarta Cikampek II bagian Selatan. Saat ini, fokus pengerjaan proyek terakhir itu dimulai di sisi timur dengan konstruksi 57 persen dan progres tanah 87 persen.
Perseroan menargetkan proyek-proyek ini bisa menyerap lebih banyak belanja modal. Tahun ini, perseroan memang menganggarkan belanja modal cukup besar yakni Rp7 triliun. Namun, sepanjang Januari-Juni, anggaran tersebut baru terpakai sekitar Rp2 triliun. Minimnya serapan ini disebabkan kebijakan pembatasan sosial dari pemerintah, yang membuat progres ekspansi sejumlah proyek tol tersendat.
Ulasan tentang prospek dan proyeksi JSMR seiring ambisi mereka menyerap lebih banyak belanja modal dapat Anda baca di sini.
Perusahaan data center, PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) meresmikan gedung data center keempat (JK5) di area data center campus yang berlokasi di Cibitung, Kamis (27/5/2021)./Istimewa
4. Rencana DCII Bangun Data Center Jutaan Dolar dan Peluang Rights Issue
Emiten teknologi PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) berencana menambah kapasitas data center sebesar 34 megawatt (MW) pada 2022, dengan biaya US$238-US$306 juta. Perseroan pun membuka peluang rights issue sebagai salah satu alternatif pendanaan.
Direktur Utama DCI Indonesia Toto Sugiri mengungkapkan perseroan berencana menambah kapasitas data center perusahaan hampir dua kali lipat. Menurutnya, penambahan kapasitas sejalan dengan kebutuhan pasar dan pertumbuhan perseroan.
Untuk penambahan kapasitas tersebut perseroan membutuhkan biaya sekitar US$7 juta sampai dengan US$9 juta per MW (megawatt). Dengan demikian, DCII akan membutuhkan modal sebesar US$238 juta sampai dengan US$306 juta.
Toto mengungkapkan emiten teknologi itu akan menggunakan kas perseroan atau pendanaan eksternal seperti pinjaman bank untuk menyukseskan target tersebut.
Gambaran lebih lanjut mengenai rencana bisnis DCII seiring penambahan kapasitas tersebut dapat Anda baca di sini.