Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan rebound pada perdagangan awal pekan ini, Senin (13/9/2021). Sejumlah saham diperkirakan akan melaju pada perdagangan hari ini.
Akhir pekan lalu, IHSG menguat 0.44 persen atau menguat 26.65 poin ke level 6094.87 dengan pergerakan yang optimistis sepanjang perdagangan. Indeks sektor material dasar naik 1,82 persen dan transportasi menanjak 0,99 persen memimpin penguatan indeks sektoral.
Secara mingguan IHSG turun 0,52 persen, sementara rata-rata volume transaksi harian meningkat sebesar 6,75 persen. Aksi jual investor yang dialami pada pekan lalu akibat aksi tunggu taper tantrum the Fed menjadi salah satu faktor.
Head of Equity Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi Taulat menjelaskan secara teknikal IHSG berhasil mengkonfirmasi whipsaw di level MA200 dan memberikan signal rebound pada trend positif menuju resisten upper bollinger bands.
"Momentum indikator RSI dan Stochastic menjenuh pada area dekat oversold dengan pergerakan mendatar indikator MACD memberikan signal volatilitas harga dalam bergerak terkonsolidasi masih membebani," jelasnya dalam riset, Senin (13/9/2021).
Dengan demikian, secara teknikal IHSG berpeluang menguat dengan support resistance 6.059-6.150. Saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal diantaranya AGII, BBRI, BBNI, ERAA, IMAS, SMGR, TINS, dan TPIA.
Di sisi lain, Bursa Asia berpotensi turun di awal pekan karena risiko pemulihan ekonomi yang lebih lambat dari pandemi ditengah peningkatan sentimen yang melemahkan inflasi.
Saham AS pekan lalu mencatat penurunan terbesar sejak pertengahan Juni karena kehati-hatian investor atas tantangan pembukaan kembali ekonomi yang disorot oleh strain virus delta.
Baca Juga
Pembaruan harga konsumen AS minggu ini akan menjadi bahan perdebatan investor ditengah rencana taper tantrum the Fed. Ketegangan Perdagangan antara AS dan China juga akan kembali menjadi sorotan investor setelah pemerintah AS mempertimbangkan penyelidikan baru terhadap subsidi China.
"Sementara itu, sejumlah data ekonomi penting China akan menunjukkan pertumbuhan yang melemah. Sehingga secara sentimen IHSG berpotensi tertekan," urainya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.