Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Asia Mayoritas Melemah, Rupiah Tetap Perkasa

Selain rupiah, di kawasan Asia mata uang dolar Hongkong turut menguat 0,01 persen terhadap dolar AS.
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada hari ini, Selasa (7/9/2021), sementara mayoritas mata uang lain di kawasan Asia terpantau melemah.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup naik 0,07 persen atau 10 poin ke posisi Rp14.212,5 per dolar AS. Kemudian indeks dolar AS terpantau menguat 0,27 persen ke level 92,2860 pada pukul 15.23 WIB.

Selain rupiah, di kawasan Asia mata uang dolar Hongkong turut menguat 0,01 persen terhadap dolar AS.

Sedangkan lainnya terpantau mengalami pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS diantaranya, rupee India yang turun 0,40 persen, baht Thailand turun 0,30 persen, ringgit Malaysia turun 0,13 persen, peso Filipina turun 0,13 persen, dan won Korea Selatan turun 0,12 persen.

Sebelumnya VP Economist Bank Permata Josua Pardede peluang penguatan rupiah hari ini masih cukup terbuka. Salah satu sentimen pendukung adalah lelang Sukuk Negara yang akan dilakukan dengan target indikatif Rp10 triliun.

Sementara, pada perdagangan Asia, pelaku pasar akan mencermati rilis data ekonomi China seperti neraca perdagangan bulan Agustus. Josua mengatakan, kinerja ekspor China diperkirakan cenderung melambat dibandingkan bulan sebelumnya.

Sedangkan penguatan rupiah pada Senin (6/9/2021) ditopang oleh respon negatif pasar terhadap data Non-Farm Payroll (NFP) bulan Agustus sebesar 235 ribu, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 1,05 juta.

Pelemahan indikator NFP memberikan sinyal bahwa kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang berpotensi tertunda sekalipun Fed akan mulai melakukan tapering pada tahun ini.

"Hal ini kemudian mendorong kenaikan risk-appetite di pasar keuangan Asia, yang juga tercermin dari kenaikan indeks saham di pasar Asia," katanya saat dihubungi, Senin (6/9/2021).

Ia melanjutkan, penguatan rupiah turut ditopang oleh menurunnya volume perdagangan pada Senin seiring dengan masa libur nasional di AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper