Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Saham-saham New Economy, Begini Kata Bos Schroders Indonesia

Sektor saham new economy membentang dari perusahaan teknologi, ecommerce hingga bank digital.
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Investasi pada sektor ekonomi baru (new economy) di pasar saham dapat menjadi pilihan investor seiring adapatasi kehidupan baru setelah pandemi Covid-19.

Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael T. Tjoajadi menerangkan, meski dampak pandemi virus corona masih terus terasa hingga saat ini, pihaknya melihat pemulihan ekonomi mulai terjadi pada beberapa wilayah.

“Ekonomi sudah mulai pulih, memang tidak merata. Ada yang sudah naik cukup tinggi, ada juga yang belakangan pemulihannya,” jelasnya dalam diskusi daring Bagaimana Pandemi Mengubah Perilaku Investor Indonesia, Kamis (2/9/2021).

Sejalan dengan hal tersebut, dia menyarankan investor dapat mencermati pasar saham sebagai instrumen pilihan investasi. Dengan tren pertumbuhan ekonomi saat ini, saham memiliki potensi imbal hassil yang lebih besar dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.

Meski demikian, ia juga mengingatkan kepada investor untuk cermat dalam memilih sektor saat akan berinvestasi saham. Pasalnya, tidak semua bidang usaha akan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan.

Oleh karena itu, Michael merekomendasikan investor untuk melirik saham-saham pada sektor new economy seperti teknologi, marketplace, bank digital, dan perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Dalam 3 sampai 5 tahun, kinerja di pasar saham akan cukup bagus. Berbeda dengan obligasi, kalau suku bunga naik maka harganya akan cukup tertekan,” jelasnya.

Pasalnya, dia melihat potensi kenaikan suku bunga acuan di berbagai negara akan semakin terbuka. Hal ini akan memicu tekanan pada instrumen seperti obligasi yang harganya akan cenderung melemah.

Sebelumnya, laporan dari Infovesta Utama menyebutkan, Indonesia telah memasuki era new economy dengan saham-saham berbasis teknologi yang akan bertumbuh pesat hingga tahun 2030. Sehingga, secara jangka panjang, investor dapat mempertimbangkan reksa dana saham berbasis teknologi.

Akan tetapi, memperhatikan toleransi risiko dari masing-masing investor mengingat pergerakan saham-saham di sektor tersebut yang cukup fluktuatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper