Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anak Usaha Garuda Tanggung Rugi hingga Rp4,7 Triliun di 2020

Kerugian terjadi karena pendapatan GMF anjlok hingga 51 persen dari US$519,5 juta per 2019 menjadi US$253,8 juta pada 2020.
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA - Anak usaha Garuda Indonesia PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk atau GMF AeroAsia mencatat kerugian bersih sebesar US$328,8 juta atau Rp4,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.500) sepanjang 2020.

Kerugian terjadi karena pendapatan GMF anjlok hingga 51 persen dari US$519,5 juta per 2019 menjadi US$253,8 juta pada 2020.

“Pendapatan usaha turun seiring dengan penurunan aktivitas penerbangan sebagai dampak Covif-19,” ujar Direktur Utama GMF Andi Fahrurrozi dalam paparan publik, Jumat, 27 Agustus 2021.

Adapun pendapatan dari sisi afiliasi menurun 43 persen dari US$301,3 juta menjadi US$171 juta. Sedangkan pendapatan non-afiliasi anjlok lebih tajam mencapai 62 persen dari US$ 218,2 menjadi US$ 82,8.

Dari sisi segmentasinya, pendapatan repair and overhaul turun 58 persen menjadi US$ 175,2 juta dari sebelumnya US$ 417,2 juta. GMF tercatat memiliki empat hangar pesawat dengan kapasitas 32 slot.

Sementara itu, pendapatan line maintenance melorot 41 persen dari US$ 88,5 juta menjadi 52,6 juta. Turunnya pendapatan dari segmen ini diikuti dengan kinerja line maintenance yang anjlok 43,2 persen. Meski demikian, pendapatan ditopang dari segmen operasi lainnya yang tumbuh 89 persen dari US$ 183,8 juta menjadi 26,1 juta.

“Pendapatan dari aktivitas operasi anak usaha mengalami peningkatan seiring dengan pengembangan bisnis yang dilakukan di masa pandemi Covid-19,” kata Andi.

Di tengah menurunnya pendapatan usaha, beban perusahaan naik 11 persen. Beban usaha perseroan pada 2020 mencapai US$ 615,8 juta sedaangkan pada 2019 hanya US$ 554,2 juta. Dengan demikian, EBITDA GMF tercatat mengalami minus 906 persen dari US$31,9 juta pada 2019 menjadi minus US$ 257,5 juta.

Untuk mempertahankan kinerja usaha, Andi menjelaskan, GMF akan berfokus pada segmen penerbangan kargo. Selama pandemi Covid-19, perusahaan mencatat adanya konversi pesawat penumpang menjadi kargo, seperti Boeing 737-500 milik Citilink.

GMF juga akan memperkuat penetrasi ke segmen private jet hingga industri pertahanan untuk meningkatkan pendapatan. Pada 2020, GMF memperoleh kontrak perawatan pesawat kepresidenan sampai TNI AU.

Adapun di segmen aviasi, perusahaan mulai melakukan pengembangan usaha untuk merawat atau memperbaiki generator, pembangkit listrik, hingga motor mesin milik perusahaan energi dan migas. GMF memperoleh kontrak kerja sama dengan Pertamina, PLN, sampai KCI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper