Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak merosot tiga hari berturut-turut lantaran data ekonomi China yang mengecewakan dan penyebaran varian delta virus corona yang merusak prospek pemintaan global.
Pada perdagangan Senin (16/8/2021) pukul 6.25 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2021 turun 1,74 persen atau 1,19 poin menjadi US$67,25 per barel.
Harga minyak Brent kontrak Oktober 2021 koreksi 1,6 persen atau 1,13 poin menuju US$69,46 per barel.
West Texas Intermediate sempat merosot sebanyak 2,4 persen karena wabah baru di Asia mulai membebani ekonomi China, dengan pertumbuhan penjualan ritel, dan output industri melambat.
Kasus virus corona juga mendekati rekor di negara-negara termasuk Thailand, Vietnam dan Filipina. Kondisi tersebut melemahkan pasar saham dan menambah tekanan pada minyak.
Setelah reli di paruh pertama 2021, harga minyak mentah telah tersendat sejak pertengahan Juli. Penyebaran delta, termasuk di konsumen utama China, telah merusak prospek konsumsi karena pembatasan mobilitas diberlakukan kembali.
Baca Juga
Pada saat yang sama, OPEC+ telah melanjutkan rencana untuk meningkatkan produksi secara bertahap, mengurangi pembatasan pasokan yang diberlakukan pada hari-hari awal pandemi.
"Minyak mentah dan komoditas lain yang bergantung pada pertumbuhan seperti logam industri terus berjuang di tengah memburuknya prospek jangka pendek," kata Ole Hansen, kepala penelitian komoditas di Saxo Bank A/S seperti dikutip Bloomberg, Senin (16/8/2021).
"Pasar semakin fokus pada dua konsumen terbesar dunia dengan sentimen di AS terpukul, sementara data dari China terus menunjukkan peringatan merah," katanya.
China telah menangani wabah Covid-19 yang paling luas sejak kasus awal pada tahun 2020, dengan penguncian baru yang diberlakukan. Data pada hari Senin menunjukkan aktivitas ekonomi negara melambat lebih dari yang diharapkan bulan lalu, dengan penjualan ritel dan output industri meleset dari perkiraan, sementara pengangguran meningkat.
Karena pasar telah goyah dalam beberapa pekan terakhir, pengelola uang menjadi kurang positif terhadap minyak mentah berjangka AS. Spekulan sekarang memegang posisi beli langsung terkecil mereka di minyak WTI sejak April 2020.