Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor-Faktor Ini Bikin IHSG Anjlok 1 Persen Sepekan

Sejumlah faktor eksternal dan internal membuat IHSG turun 1 persen dalam perdagangan sepekan.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang pekan (9-13 Agustus 2021) tertekan aksi ambil untung dari para investor sekaligus data ekonomi yang kurang memuaskan.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (13/8/2021), indeks komposit ditutup terkoreksi tipis 0,16 poin ke level 6.139,49. Sepanjang hari, IHSG bergerak di rentang 6.113,26--6.179,89.

Sebanyak 198 saham bergerak ke zona hijau, 319 saham memerah, dan 140 saham tak bergerak dari harga perdagangan sebelumnya. Kapitalisasi pasar pun turun menjadi Rp7.426,71 triliun.

Adapun, sepanjang pekan, IHSG melemah 1,03 persen atau turun 63,93 poin dari harga penutupan pekan lalu di level 6.203,43. Dari 4 hari perdagangan, IHSG hanya ditutup di zona hijau satu kali.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha menilai IHSG pada pekan ini (9-13 Agustus 2021) sedang dalam fase koreksi yang cukup wajar mengingat penguatan yang terjadi pekan lalu juga sudah signifikan.

"Memang di pekan ini di samping koreksi yang saya rasa wajar, terdapat sentimen negatif yang membebani kinerja Indeks antara lain data consumer confidence dan retail sales bulan Juli dan Juni yang mengalami penurunan akibat dari diberlakukannya PPKM darurat dan PPKM level 4 di Jawa dan Bali," jelasnya kepada Bisnis, Jumat (13/8/2021).

Selanjutnya, dari eksternal terdapat rilis data klaim pengangguran mingguan US yang kembali turun.

Di sisi lain, sentimen positif yang masih bisa mendorong laju IHSG ke depan antara lain kasus harian Covid-19 yang terus menunjukan tren penurunan yang diharapkan juga dapat segera menghentikan kebijakan PPKM Level 4.

"Dengan begitu pertumbuhan ekonomi Indonesia di pertengahan hingga akhir tahun nanti tidak begitu terbebani dan bisa tumbuh positif," katanya.

Adanya tingkat inflasi bulanan US yang cenderung lebih rendah menghentikan spekulasi di antara para pelaku pasar yang khawatir akan dimulainya dialog untuk menentukan kapan The Fed perlu melakukan tapering off.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper