Bisnis.com, JAKARTA - Emiten otomotif PT Tunas Ridean Tbk. telah menyerap belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp249 miliar hingga akhir Juni 2021. Adapun, perseroan menganggarkan capex senilai Rp506 miliar untuk tahun ini atau lebih tinggi 44,98 persen dari realisasi capex 2020.
Direktur Tunas Ridean Max Sunarcia menjelaskan perseroan berinvestasi demi pertumbuhan bisnis jangka panjang yang diseimbangkan dengan kebutuhan capex jangka pendek.
“Sampai dengan 30 Juni 2021, Tunas Group sudah merealisasikan investasi barang modal senilai Rp249 miliar, Rp30 miliar untuk otomotif dan Rp218 untuk kendaraan rental,” kata Max dalam paparan publik, Kamis (12/8/2021).
Adapun realisasi penyerapan capex pada paruh pertama tahun ini meningkat 39,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp178 miliar.
Untuk kendaraan sewa di Tunas Rent, tercatat terjadi kenaikan armada sebesar 5 persen menjadi 7.570 unit dibandingkan akhir tahun lalu yang sebanyak 7.189 unit.
Direktur Tunas Ridean Tenny Febyana Halim mengatakan tren penyewaan mobil akan membaik pada semester II/2021. Hal itu seiring dengan kembalinya tender-tender di beberapa perusahaan yang tertunda pada tahun lalu akibat pandemi.
Baca Juga
"Jadi banyak sekali kontrak yang akan diperbarui di semester II. Jadi kami cukup optimistis," katanya.
Lebih lanjut, TURI optimistis penjualan otomotif akan kembali bergairah pada semester II/2021 setidaknya mulai September ini.
Direktur Utama Tunas Ridean Rico Adisurja Setiawan menyebut permintaan produk baru seperti Toyota Raize dan Daihatsu Rocky menjadi salah satu penopang penjualan perseroan mengingat pasokan yang dimiliki masih kurang.
“Dan juga penjualan dibantu program pemerintah dengan adanya pengurangan PPnBM. Ini masih ada untuk CC 1.500 dan CC 2.500. Dengan program ini membantu penjualan mobil ke depan,” ujar Rico.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021, TURI membukukan pendapatan bersih senilai Rp5,60 triliun. Realisasi itu naik 25,79 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp4,45 triliun.
Laba perseroan pun terangkat hingga 100,32 persen menjadi Rp214,13 miliar dari sebelumnya Rp106,89 miliar.