Bisnis.com, JAKARTA — Isyarat bakal digelarnya karpet merah khusus untuk startup yang berencana menggelar Initial Public Offering (IPO) di dalam negeri makin tegas. Hal ini tampak dari makin bergegasnya Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggodok berbagai regulasi baru.
Satu regulasi yang dinanti-nanti oleh sebagian besar unikorn, dekakorn, hingga centaur sudah pasti adalah kejelasan soal beleid saham hak suara ganda atau Multiple Voting Shares (MVS).
MVS memang kerap jadi jalan tengah bagi perusahaan raksasa yang ingin menghimpun dana dari publik, tetapi tidak ingin kepemilikan investor lama tergerus. Peregulasian saham dengan hak suara ganda ini dianggap penting karena bisa melindungi kekuatan suara para co-founder ataupun pemodal loyal bagi perusahaan.
1. Karpet Merah IPO GoTo, Kopi Kenangan, hingga Halodoc dkk
Saat ini, sudah ada beberapa perusahaan startup yang menebar sinyal kemungkinan IPO di Indonesia. Mulai dari GoTo, Kopi Kenangan, hingga Halodoc.
Lantas, sudah sejauh apa usaha BEI dan OJK mematangkan regulasi MVS guna mewadahi perusahaan-perusahaan tersebut?
Ulasan selengkapnya dapat Anda baca pada artikel ini.
Pejalan kaki berjalan melewati logo PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk atau BTPN Syariah di Jakarta, Senin (13/1/2020)./Bisnis-Dedi Gunawan
2. Serangan Balik Saham BTPN Syariah (BTPS) Usai Terdepak dari LQ45
Hanya dalam hitungan hari sejak diumumkan bakal terdepak dari indeks LQ45, saham emiten perbankan syariah PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mulai mengalami rebound harga. Banderol saham BTPS ditutup mencapai Rp2.410 per saham pada perdagangan Kamis (29/7/2021).
Walau masih dalam tren melemah jika ditarik ke posisi harga awal tahun, tetapi analis dan pengamat pasar modal cenderung meyakini bahwa rebound ini merupakan sinyal positif terhadap potensi saham perseroan.
Apalagi, dengan situasi harga saham yang murah, kinerja BTPS sebenarnya relatif positif. Pada semester I/2021, emiten bank ini bahkan mampu mencatatkan pertumbuhan laba di atas 80 persen.
Ulasan lebih lanjut mengenai seberapa menarik emiten ini dan bagaimana proyeksi kinerjanya ke depan dapat Anda baca pada tulisan ini.
3. Drama Panjang Imbal-Beli Pesawat Sukhoi antara RI dan Rusia
Sekitar tiga tahun berlalu, skema imbal-beli pesawat tempur Sukhoi SU-35 antara Indonesia dan Rusia belum juga menjumpai titik temu.
Pada awa kemunculan wacananya, skema imbal-beli ini sempat menyita perhatian lantaran Menteri Perdagangan Indonesia kala itu, Enggartiasto Lukita, sempat memasukkan beberapa komoditas sebagai bagian dari skema tersebut.
Seiring berjalannya waktu, jumlah komoditas yang masuk dalam perjanjian mengembang. Sempat jadi 20, kemudian 16, dan seterusnya.
Toh, pada akhirnya, hingga Enggar lengser sekalipun, tidak ada realisasi nyata. Kilas balik mengenai tarik ulur skema imbal-beli pesawat tempur tersebut dapat Anda baca di naskah ini.
Pengukuhan manajemen baru Bank Banten (BEKS)./Istimewa
4. Jalan Pintas Bank Banten (BEKS) Pacu Kredit
Satu per satu emiten perbankan daerah di Indonesia mulai merilis kinerja keuangan semester I/2021. Setelah Bank Jatim (BJTM) dan Bank BJB (BJBR), kali ini giliran Bank Banten (BEKS) yang menyampaikan rapornya kepada investor publik.
Terkenal sebagai emiten yang masih konsisten merugi, BEKS mencatatkan pembengkakan kerugian pada paruh pertama tahun ini. Pembengkakan tersebut terjadi seiring penurunan pendapatan bunga serta efisiensi yang kurang maksimal. Alih-alih menciut, sejumlah pos beban perusahaan justru membengkak.
Menariknya, di tengah kinerja mengecewakan tersebut, BEKS sebenarnya tampak mulai sukses memacu penyaluran kreeditnya. Adanya penambahan aset dan modal yang signifikan seiring aksi rights issue perseroan berpotensi membuat penyaluran kredit terus meningkat dan bukan mustahil bakal membuka ruang perbaikan kinerja pada masa datang.
Ulasan lebih utuh soal kinerja, strategi, dan proyeksi kredit BEKS dapat Anda nikmati di sini.