Bisnis.com, JAKARTA - Ungkapan klasik “Jangan menaruh seluruh telur dalam satu keranjang” juga berlaku dalam berinvestasi di instrumen reksa dana. Itulah mengapa diversifikasi menjadi penting dalam meracik portofolio investasi.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan dalam memilih produk reksa dana perlu ditekankan bahwa investor harus melakukan diversifikasi aset dan jangan menaruh seluruh dananya dalam satu kelas aset tertentu apalagi yang agresif seperti kelas aset saham.
Adapun, dalam hal diversifikasi portofolio, investor perlu memastikan bahwa bukan cuma produk reksa dana yang berbeda tetapi jenisnya pun berbeda.
“Jangan di tiga reksa dana tapi misalnya saham semua cuma beda nama saja,” ujar Rudiyanto kepada Bisnis, Kamis (15/7/2021).
Selain itu, investor juga perlu berdisiplin dalam melakukan top up atau pembelian reksa dana dan memanfaatkan momentum koreksi pasar dari waktu ke waktu agar dapat memperoleh peluang lebih tinggi.
Untuk memilih produk yang akan dibeli, Rudiyanto menyebut ada beberapa indikator yang dapat digunakan investor seperti sharpe ratio, drawdown, dan expense ratio.
Baca Juga
Sharpe ratio merupakan angka yang menunjukkan excess return reksa dana atas setiap persen risiko. Makin besar nilai indikator sharpe ratio artinya semakin optimal kinerja suatu reksa dana.
Kemudian drawdown adalah indikator yang menggambarkan risiko tertinggi yang mungkin dihadapi investor berdasarkan kinerja yang dihitung dari nilai Aktiva Bersih (NAB) tertinggi ke NAB terendah. Semakin kecil angka drawdown artinya semakin baik.
Sementara expense ratio dihitung dari total seluruh biaya yang timbul seperti biaya transaksi, pajak, manajemen, kustodian, audit, dan lainnya dalam pengelolaan reksa dana dibagi rata-rata dana kelolaan. Semakin kecil maka semakin efisien pengelolaan suatu reksa dana.
“Perlu diingat sharpe ratio dan drawdown dihitung dari data historis, bisa menjadi referensi tapi tidak menjadi jaminan terulang di masa mendatang,” ujarnya.
Dari sisi manajer investasi sendiri, Rudiyanto mengatakan MI biasanya akan menawarkan produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko, tujuan investasi, dan keadaan keuangan masing-masing investor.
Pun, dalam kondisi yang pandemi yang masih berlangsung, dia menilai kondisi profil risiko dan keuangan investor mungkin saja berubah sehingga diperlukan komunikasi yang aktif dengan nasabah atau calon nasabah.
Sebelumnya, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan agar investor mengatur alokasi asetnya secara proporsional dengan rasio 50:30:20 yang mana aset berbasis pendapatan tetap memiliki porsi paling besar, diikuti pasar uang, dan terakhir saham.
Dia mengatakan di tengah kondisi pasar yang masih dibayangi pandemi, reksa dana berbasis pendapatan tetap masih memiliki potensi kinerja paling tinggi. Kemudian porsi selanjutnya untuk reksa dana berbasis pasar uang berfungsi untuk menjaga likuiditas.
“Sementara untuk saham porsinya jangan dulu terlalu besar karena masih sangat volatil,” ujarnya beberapa waktu lalu.