Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Rabu (14/7/2021), setelah ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2018.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate terpantau melemah 0,19 persen atau 0,14 poin ke level US$75,11 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 12.36 WIB.
Harga minyak melemah setelah naik 1,6 persen pada hari Selasa menyusul laporan American Petroleum Institute (API) yang menyatakan persediaan minyak mentah turun lebih dari 4 juta barel pekan lalu.
Penurunan ini akan menjadi yang mingguan kedelapan berturut-turut, sekaligus penurunan terpanjang sejak Januari 2018 jika dikonfirmasi oleh angka pemerintah pada hari Rabu.
Di sisi lain, sejumlah ketidakpastian membayangi pasar. Indonesia mencatat rekor jumlah kasus virus baru, sementara Sydney memperpanjang lockdown saat varian delta terus melanda dunia. Kenaikan angka Covid-19, serta kebuntuan OPEC+ mencapai kesepakatan peningkatan produksi minyak mentah telah mengaburkan prospek jangka pendek.
International Energy Agency (IEA) memperingatkan bahwa pasar minyak mentah akan mengetat secara signifikan jika OPEC+ tidak menyelesaikan perbedaan pendapat dan meningkatkan produksi.
Baca Juga
Pembicaraan terhenti minggu lalu dan aliansi OPEC diperkirakan tidak akan menambah lebih banyak pasokan pada Agustus karena anggota telah menetapkan volume pasokan ke pelanggan bulan depan.
“Tanda-tanda pemulihan ekonomi AS jelas dan pasokan global mengetat, tetapi OPEC+ tetap menjadi wildcard,” kata analis komoditas senior VI Investment Corp. Will Sungchil Yun, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (14/7/2021).
Ia menambahkan bahwa minyak mentah akan terus bergejolak hingag OPEC mencapai kesepakatan pasokan.
Di sisi lain, permintaan minyak AS telah melonjak ke level tertinggi baru ketika negara itu pulih dari pandemi, dengan konsumsi bensin dan solar kembali ke level sebelum pandemi. Lonjakan penggunaan minyak bumi untuk produk seperti plastik, aspal, pelumas dan kebutuhan industri lainnya juga mendorong pemulihan.