Bisnis.com, JAKARTA - PT PAM Mineral Tbk (NICL) telah resmi melantai di bursa melalui Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) pada hari ini, Jumat (9/7/2021).
NICL mencatatkan 2 miliar saham lewat aksi korporasi tersebut, atau setara dengan 20,7 persen dari total modal ditempat dan disetor.
Harga penawaran ditetapkan Rp100, sehingga perseroan akan mengantongi dana segar sebanyak-banyaknya Rp200 miliar.
PAM Mineral juga akan menerbitkan waran seri I sebanyak-banyaknya 2,6 miliar dengan harga pelaksanaan Rp300 per saham. Masa berlaku dari pelaksanaan waran itu terhitung 6 bulan sejak tanggal penerbitan yaitu 10 Januari 2022 hingga 7 Juli 2023.
Manajemen PAM Mineral menjelaskan bahwa dana segar hasil emisi ini akan digunakan sekitar Rp72 miliar untuk pengembangan usaha perseroan dengan rincian sekitar 30 persen untuk eksplorasi penambahan cadangan bijih nikel di area blok kerja perseroan.
Blok kerja tersebut a.l. yang diberi nama BCL, Raisa, Kartini, Tiara, dan Syahrini dengan total luas sekitar 51 hektare yang berada di dalam area pertambangan dengan IUP atas nama perseroan di Morowali.
Baca Juga
“Sekitar 70 persen digunakan untuk entitas usaha, PT Indrabakti Mustika (IBM), untuk eksplorasi lanjutan penambangan cadangan bijih nikel di area blok kerja Kolaka Cendana, Longori, Silae, Komia, Kuma, Kondole dengan total luas 183 hektare di Konawe Utara,” tulis manajemen PAM Mineral dikutip dari keterangan resminya
Kedua pengembangan usaha itu direncanakan dimulai pada paruh kedua 2021.
Sementara itu, sisa dana emisi akan digunakan modal kerja dengan rincian 72 persen untuk operasional perseroan, dan 28 persen untuk operasional IBM. Untuk diketahui, PAM Mineral merupakan perusahaan pertambangan nikel yang berdiri sejak 2008.
PAM Mineral memiliki dua wilayah operasional, yakni di Sulawesi Tenggara Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara dan Desa Laroenai Kecamatan Bungku Pesisir Sulawesi Tengah. Komposisi pemegang saham PAM Mineral saat ini terdiri atas PT Pam Metalindo sebesar 60 persen dan PT Artha Perdana Investama sebesar 40 persen.