Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara telekomunikasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk. kini tengah mengepal dana segar, tepatnya melalui sejumlah fasilitas pinjaman melalui entitas anak usahanya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).
Berdasarkan Keterbukaan Informasi BEI, pada 28 Juni 2021, Protelindo baru saja melakukan penandatanganan perjanjian kredit pinjaman dengan PT Bank Danamon Tbk. senilai Rp1 triliun.
Dalam perjanjian tersebut, Protelindo menjadi debitur 1 dan PT Iforte Solusi Infotek (Iforte) yang merupakan anak Protelindo menjadi debitur 2. Adapun jangka waktu pinjaman sampai dengan 28 Juni 2022 atau hanya 1 tahun.
Sebelumnya, Protelindo juga baru saja menerima kucuran dana segar dari PT Bank HSBC Indonesia melalui fasilitas pinjaman berjangka dengan jumlah Rp1,15 triliun. Perjanjian pinjaman tersebut ditandatangani pada 4 Juni 2021 dengan jangka waktu hingga 4 Juni 2025.
Aliran dana segar yang masuk ke dompet TOWR melalui anak usahanya ini membuat rumor soal rencana TOWR untuk melakukan ekspansi anorganik yakni dengan mengakuisisi perusahaan menara lain kembali mencuat.
Salah satu kabar yang sebelumnya beredar adalah TOWR bakal mencaplok perusahaan menara telekomunikasi PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR).
Baca Juga
Sayangnya, ketika dihubungi Bisnis, Wakil Direktur TOWR Adam Ghifari enggan berkomentar mengenai fasilitas pinjaman tersebut. Begitu pula ketika ditanya apakah pinjaman tersebut berhubungan dengan rencana akuisisi yang akan dilakukan perseroan.
“Maaf kami tidak bisa berkomentar […] untuk tujuan fasilitas [kredit] sesuai yang di keterbukaan saja” ujar Adam ketika dihubungi Bisnis, Senin (5/7/2021)
Baik saat melaporkan perjanjian kredit dengan Danamon maupun HSBC, manajemen TOWR tak memerinci tujuan pinjaman tersebut. Perseroan hanya mengatakan bahwa dana segar yang mereka dapat akan digunakan untuk membiayai kelangsungan usaha perseroan.
“Tujuan atas perjanjian perubahan tersebut adalah untuk mendukung kebutuhan umum dan kegiatan usaha perusahaan Protelindo dan Iforte,” demikian tulis Sekretaris Perusahaan TOWR Irfan Ghazali dalam surat pengumuman yang ditujukan ke otoritas Bursa soal perjanjian kredit dengan Danamon, dikutip Bisnis, Senin (5/7/2021)
Sementara itu, hingga akhir kuartal I/2021 emiten Grup Djarum ini tercatat memiliki 21.424 menara atau tumbuh 2,4 persen dari 20.914 menara pada periode yang sama tahun lalu dengan tenancy ratio tercatat sebesar 1,86 kali.
Untuk tahun ini, TOWR pun mengalokasikan 40 persen dari total belanja modalnya yang sebesar Rp3,25 triliun untuk pengembangan jaringan fiber optik. Alokasi itu lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 25 persen - 30 persen.
Dengan sejumlah pengembangan bisnis tahun ini, TOWR menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 8 persen dibandingkan 2020.
Apabila target kenaikan pendapatan 14 persen – 15 persen tercapai pada 2020 menjadi Rp7,35 triliun – Rp7,41 triliun, TOWR sama dengan mengincar pendapatan senilai Rp7,93 triliun – Rp8 triliun tahun ini.
Serat Optik
Sementara itu, segmen bisnis serat optik atau fiber optic disebut masih akan jadi motor utama pertumbuhan perseroan tahun ini.
Analis Panin Sekuritas Rigel Andriansyah dalam risetnya mengatakan dengan belum adanya rencana akuisisi menara atau perusahaan yang secara resmi diumumkan perseroan, sekuritas belum melihat potensi tekanan untuk neraca, khususnya dalam jangka pendek.
“Neraca berpotensi membaik karena belum ada rencana akuisisi tersebut,” ujarnya, dikutip Senin (5/7/2021)
Di sisi lain, Rigel menyebut bisnis konektivitas fiber perseroan menunjukkan tren positif, yang mana segmen ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan signifikan pada 2020 dan hal tersebut diproyeksi kembali terulang tahun ini.
Tercatat, bisnis nonmenara di TOWR tersebut kian bergeliat pada kuartal I/2021 dengan kontribusi sebesar 17 persen terhadap pendapatan, naik dari 15 persen pada kuartal IV/2020 maupun kuartal I/2020.
“Kami mencermati peranan penting dari fiberisasi menara dan BTS dalam rangka menunjang teknologi 5G mendatang, dimana Kemenkominfo menyampaikan bahwa fiberisasi BTS adalah salah satu kunci implementasi 5G di Indonesia, selain SDM dan aplikasi operator lokal,” tuturnya.
Panin Sekuritas merekomendasikan Beli untuk saham TOWR dengan target harga Rp1.400.
Senada, Analis Ciptadana Sekuritas Gani menuturkan, di tengah kebutuhan data yang melonjak dalam setahun belakangan ini, TOWR telah mengantisipasi fokus operator telekomunikasi untuk memperkuat jaringan mereka.
Alhasil, dia menilai segmen bisnis fiber optik mendapatkan kesempatan untuk memiliki kinerja moncer ketimbang segmen menara.
“Secara kuartalan, pendapatan nonmenara perseroan menjadi penggerak utama pendapatan TOWR pada kuartal I/2021, yakni mencakup 77 persen dari pendapatan secara qoq,” tulis Gani dalam risetnya.
Menurutnya, raihan itu berkat penambahan serat optic sekitar 4.000 kilometer menjadi 40.000 kilometer dari posisi akhir 2020. Sementara itu, rasio efisiensi fiberisasi juga naik menjadi 34 persen pada akhir Maret 2021 dibanding kuartal sebelumnya 25 persen.
Adapun Ciptadana Sekuritas merekomendasikan Beli untuk saham TOWR dengan target harga Rp1.450.