Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Pendapatan Tetap Masih Menarik. Ini Sebabnya!

Tingkat inflasi yang rendah, suku bunga yang belum naik menjadi sentimen positif untuk kinerja reksa dana pendapatan tetap. 
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Secara keseluruhan kinerja reksa dana pendapatan tetap mencatatkan kinerja yang positif selama semester I/2021. Manajer investasi kemudian memperkirakan kinerja reksa dana pendapatan tetap akan lebih baik pada paruh kedua tahun ini. 

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengungkapkan bahwa tingkat inflasi yang rendah, suku bunga yang belum naik menjadi sentimen positif untuk kinerja reksa dana pendapatan tetap. 

“Diharapkan kinerja reksa dana bisa naik seiring dengan sentimen yang positif untuk harga obligasi terutama di inflasi dan kebijakan suku bunga,” ungkap Rudiyanto kepada Bisnis, Senin (5/7/2021). 

Sebelumnya, data Infovesta Utama menunjukkan sepanjang semester I/2021 terdapat dua jenis reksa dana yang memiliki kinerja positif yaitu reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap. 

Reksa dana pasar uang tercatat mencetak imbal hasil tertinggi yaitu 1,68 persen dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index. Sementara reksa dana pendapatan tetap mencatatkan imbal hasil 0,63 persen.

Data Infovesta kemudian juga menyebutkan dari 260 reksa dana pendapatan tetap yang terdaftar 116 produk reksa dana pendapatan tetap diantaranya mencatatkan kinerja yang positif selama semester I/2021.

Salah satu produk reksa dana pendapatan tetap Panin Asset Management yang mencatatkan kinerja positif selama semester I/2021 yaitu Panin Dana Pendapatan Utama yang meningkat sebanyak 2,52 persen. 

Menurut Rudiyanto, kinerja positif tersebut berkaitan dengan menariknya obligasi korporasi saat ini dengan karakteristik pergerakan harga yang lebih stabil.

Panin Dana Pendapatan Utama memiliki kebijakan untuk berinvestasi antara 80 persen-95 persen di obligasi koporasi dan sisanya di obligasi pemerintah dan deposito. 

Oleh karena itu produk ini memanfaatkan pergerakan harga yang lebih stabil di obligasi korporasi karena kuponnya yang lebih besar dan jatuh temponya yang lebih pendek yaitu dalam kisaran 3 tahun hingga 5 tahun. Sementara obligasi pemerintah memiliki jatuh tempo yang lebih panjang yaitu 10 tahun sampai 20 tahun. 

“Pergerakan harga yang lebih stabil ini menyebabkan NAB cuma turun sedikit waktu ada sentimen negatif perubahan yield obligasi kemarin dan secara perlahan terus naik,” jelas Rudiyanto. 

Secara keseluruhan menurutnya tingkat inflasi yang rendah, suku bunga yang belum naik akan menjadi sentimen positif untuk kinerja reksa dana pendapatan tetap di semester II/2021. Di sisi lain, kekhawatiran akan tapering akan menjadi sentimen negatif terhadap kinerja reksa dana pendapatan tetap di sisa tahun ini. 

Dari pertimbangan tersebut, Rudiyanto pun memperkirakan yield wajar di kisaran 6,5 persen - 6,6 persen, sehingga potensi kenaikan harga obligasi hingga akhir tahun masih ada. 

Lebih lanjut, dia mengungkapkan akan memanfaatkan gejolak harga obligasi untuk membeli di harga rendah. Kemudian untuk antisipasi risiko, dia mengungkapkan akan memprioritaskan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper