Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menguat pada perdagangan akhir pekan, Jumat (25/6/2021) seiring dengan pernyataan The Fed terkait laju inflasi di AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,10 persen atau 15 poin ke level Rp14.425 per dolar AS pada akhir pekan ini. Sementara, indeks dolar AS melemah 0,09 persen ke posisi 91,74.
VP Economist Bank Permata Josua Pardede memaparkan, tren positif nilai tukar rupiah pada hari ini mengikuti penguatan sebagian besar mata uang Asia. Hal tersebut terjadi setelah pernyataan dari salah satu pejabat The Fed, John Williams, yang kembali mengafirmasi sifat inflasi AS yang cenderung sementara.
Ia mengatakan, pernyataan tersebut memberikan sinyal terkait kebijakan tapering yang belum akan diterapkan dalam waktu dekat. Sementara itu, sepanjang pekan ini, pergerakan rupiah cenderung melemah yang didorong oleh kontribusi sentimen risk-off investor terkait langkah hawkish dari The Fed.
“Pelemahan Rupiah juga didorong oleh kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia yang berlanjut,” katanya saat dihubungi, Jumat (25/6/2021).
Josua melanjutkan, nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya pada Senin (28/6/2021) mendatang. Salah satu sentimen yang akan menjadi pendorong utama nilai tukar rupiah di antaranya adalah perkembangan kasus Covid-19 dan penanganan pemerintah.
Baca Juga
“Rilis 2 data ekonomi AS pada malam nanti, yaitu US Michigan Consumer Sentiment dan PCE Deflator juga akan mempengaruhi rupiah. Kedua data tersebut berkaitan erat dengan ekspektasi inflasi di AS.
Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data ekonomi AS lainnya, terutama data tenaga kerja per bulan Juni 2021. Menurutnya, rilis data tersebut berpotensi memberikan sinyal dan konfirmasi pemulihan ekonomi AS yang terus berlanjut sehingga mendukung kebijakan tapering dan kenaikan suku bunga AS.
“Rupiah pada hari Senin mendatang diperkirakan berada di kisaran Rp14.375 hingga Rp14.500 per dolar AS,” pungkasnya.