Bisnis.com, JAKARTA - Emiten rumah sakit, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) tengah mempersiapkan pendaftaran penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue.
Direktur Sejahteraraya Anugrahjaya Arif Mualim mengungkapkan perseroan tengah mempersiapkan HMETD dengan menggunakan laporan keuangan per 31 Maret 2021 alias per kuartal I/2021.
"Perseroan telah mengkonfirmasi kepada pemegang saham utama atas rencananya terkait dengan kepemilikan sahamnya di perseroan, dan menyatakan tidak ada rencana sehubungan dengan kepemilikan kecuali persetujuan atas rencana PUT menggunakan Laporan Keuangan per 31 Maret 2021," jelasnya dalam keterbukaan, Kamis (24/6/2021).
Perseroan juga sudah menyampaikan kepada otoritas Bursa akan melaporkan lapkeu interim per 31 Maret 2021 menggunakan laporan keuangan audit bukan sekedar laporan keuangan yang belum diaudit.
"Hal ini sehubungan dengan kelanjutan proses pendaftaran PUT dengan HMETD SRAJ ketiga yang akan menggunakan laporan keuangan per 31 Maret 2021," katanya.
Berdasarkan laporan keuangan yang diaudit per 31 Desember 2020, emiten bersandi SRAJ ini mencatatkan pendapatan Rp1,28 triliun meningkat 28,04 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp1 triliun.
Baca Juga
Beban langsung perseroan juga turut meningkat menjadi Rp864,69 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp721,71 miliar.
Dalam pos beban usaha, beban umum dan administrasi perseroan juga meningkat menjadi Rp392,7 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp316,72 miliar.
Beban keuangan perseroan juga turut meningkat menjadi Rp70,56 miliar dibandingkan dengan beban yang sama pada 2019 sebesar Rp14,82 miliar.
Alhasil, laba sebelum pajak perseroan tercatat hanya Rp191,39 juta lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi Rp66,32 miliar.
Dengan demikian, SRAJ masih mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp14,38 miliar pada 2020, turun 80,99 persen dibandingkan dengan 2019 yang rugi Rp75,66 miliar.
Di sisi lain, total liabilitas perseroan juga meningkat cukup tajam 94,51 persen menjadi Rp2,59 triliun dibandingkan dengan akhir tahun lalu Rp1,33 triliun.
Peningkatan terjadi pada liabilitas jangka panjang dan pendek. Total liabilitas jangka panjang meningkat menjadi Rp850,6 miliar dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp234,1 miliar. Total liabilitas tersebut meningkat seiring munculnya pos utang bank pihak ketiga sebesar Rp721,65 miliar.
Sementara itu, total liabilitas jangka pendek juga meningkat menjadi Rp1,74 triliun, padahal pada 2019 hanya Rp1,09 triliun. Peningkatan terjadi karena adanya utang bank pihak ketiga sebesar Rp82,02 miliar. Adapun, total ekuitas bersih perseroan tercatat turun tipis menjadi Rp1,75 triliun dari posisi Rp1,77 triliun pada 2019.
Total aset perseroan juga meningkat tajam menjadi Rp4,34 triliun dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp3,1 triliun.
Peningkatan terutama terjadi pada aset tidak lancar yang meningkat menjadi Rp3,4 triliun pada 2020, sementara saat 2019 sebesar Rp2,68 triliun. Kenaikan terjadi pada aset tetap neto yang menjadi Rp2,64 triliun dan adanya aset hak guna-neto Rp308 miliar.
Sementara itu, total aset lancar SRAJ sebesar Rp939,83 miliar meningkat dari posisi 2019 yang sebesar Rp428,96 miliar.
Peningkatan terjadi pada pos piutang usaha pihak ketiga dan persediaan. Adapun, posisi kas dan setara kas perseroan juga meningkat menjadi Rp629,6 miliar dibandingkan dengan 2019 yang hanya Rp232,11 miliar.