Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terkoreksi Sepanjang Pekan Lalu, Harga CPO Mulai Merangkak Naik

Berdasarkan data Bursa Malaysia pada Rabu (23/6/2021), harga CPO dengan kontrak teraktif terpantau naik 90 poin pada harga setelmen 3.390 ringgit per ton.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) terpantau mulai menguat setelah menunjukkan tren penurunan sepanjang pekan lalu.

Berdasarkan data Bursa Malaysia pada Rabu (23/6/2021), harga CPO dengan kontrak teraktif terpantau naik 90 poin pada harga setelmen 3.390 ringgit per ton. Sedangkan, harga CPO kontrak teraktif selanjutnya terpantau naik 81 poin di level 3.446 ringgit per ton.

Fitch Solutions dalam laporannya telah menetapkan proyeksi harga CPO terbaru untuk tahun 2021 pada 3.400 ringgit per ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan estimasi yang dikeluarkan Fitch Solutions sebelumnya pada level 3.050 ringgit per ton.

Dalam laporannya, Fitch Solutions memaparkan, keterbatasan pasokan akan menjadi sentimen utama yang mendorong kenaikan harga CPO. Fitch Solutions memprediksi kondisi pasar CPO akan tetap ketat pada kuartal II/2021.

Lembaga think tank itu memperkirakan jumlah pasokan dari Malaysia telah berada di bawah ekspektasi sejak kuartal I/2021 lalu seiring dengan minimnya jumlah tenaga kerja pada lahan sawit karena pandemi virus corona.

Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai harga CPO saat ini dipengaruhi banyak sentimen, misalnya saja lockdown yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Hal tersebut menurutnya menyebabkan penumpukan stok CPO di Malaysia.

Sementara itu, pada saat yang bersamaan, terjadi juga penurunan permintaan dari importir utama CPO yakni India.

"Penurunan dari harga minyak nabati selaku substitusi CPO, juga turut membebani harga CPO," kata Ibrahim.

Selain itu, saat ini isu tapering off yang dilakukan The Fed, turut membuat harga komoditas berguguran, termasuk CPO.

"Sehingga wajar kalau seandainya pelaku pasar melakukan taking profit, sehingga harga komoditas CPO mengalami penurunan," katanya.

Ibrahim memprediksi penurunan harga CPO tidak akan lama, meskipun dalam waktu jangka pendek i penurunan masih akan terjadi. Dia memperkirakan harga CPO akan berangsur mengalami kenaikan mulai semester II/2021.

Meskipun demikian, dia memperkirakan kenaikan harga CPO tersebut tidak akan drastis seperti sebelum-sebelumnya. Sebab, pelaku pasar masih akan mengamati indikasi dan arah kebijakan dari Bank Sentral Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper