Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Kembali Berkilau Setelah Dolar AS Hentikan Reli

Saat ini emas nampak oversold setelah penurunan tajam menyusul nada hawkish Federal Reserve pekan lalu.
Emas batangan cetakan PT Aneka Tambang Tbk. Harga emas 24 karat Antam dalam sepekan terakhir mengalami lonjakan hingga menyentuh hampir Rp1 juta per gram./logammulia.com
Emas batangan cetakan PT Aneka Tambang Tbk. Harga emas 24 karat Antam dalam sepekan terakhir mengalami lonjakan hingga menyentuh hampir Rp1 juta per gram./logammulia.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin waktu New York, Amerika Serikat (AS), berbalik menguat dari kerugian dua hari berturut-turut atau setelah penurunan persentase mingguan terbesar sejak Maret 2020.

Mengutip Antara, Selasa (22/6/2021), berhentinya penguatan dolar AS membantu memulihkan daya tarik logam mulia. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, melonjak US$13,9 atau 0,79 persen, menjadi ditutup pada US$1.782,9 per ounce.

Pada akhir pekan lalu, Jumat (18/6/2021), emas berjangka jatuh US$5,8 atau 0,33 persen menjadi US$1.769 per ounce. Emas telah kehilangan 5,9 persen selama pekan lalu, penurunan terbesar sejak pekan yang berakhir 13 Maret 2020.

Emas berjangka terjun US$86,6 atau 4,65 persen menjadi US$1.774,80 pada Kamis (17/6/2021), setelah naik US$5 atau 0,27 persen menjadi US$1.861,40 pada Rabu (16/6/2021), dan tergelincir US$9,5 atau 0,51 persen menjadi US$1.856,40 pada Selasa (15/6/2021).

Menurut analis pasar, emas nampak oversold setelah penurunan tajam menyusul nada hawkish Federal Reserve pekan lalu.

"Pelaku menggunakan koreksi (pekan lalu) untuk membeli emas, pada tingkat harga ini, ada nilai untuk menahan posisi emas, terutama untuk jangka panjang," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Harga emas anjlok pekan lalu karena bank sentral AS mengisyaratkan segera mulai mengurangi pembelian asetnya dan dapat mulai menaikkan suku bunga pada 2023.

Namun, indeks dolar telah mundur dari tertinggi 2,5 bulan, mendorong investor untuk beralih ke emas. Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik dari level terendah empat bulan, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil, sehingga menahan kenaikan emas lebih lanjut.

Bank of America Global Research mengatakan bahwa dengan Fed yang lebih hawkish, serta risiko kenaikan suku bunga riil akan membuat harga emas dibatasi hingga akhir tahun.

Namun demikian, Streible memperkirakan emas akan melayang di atas US$1.800 per ounce lantaran dolar yang overbought, pembelian obligasi lanjutan Fed dan suku bunga yang tidak akan naik dalam waktu dekat.

Pelaku pasar sekarang akan mendengarkan pidato di kongres dari sejumlah pejabat bank sentral AS, termasuk Ketua Fed Jerome Powell, yang akan berbicara pada Selasa waktu setempat.

Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Fed Dallas Rob Kaplan mengatakan pada Senin (21/6/2021) selama webinar yang disponsori oleh Official Monetary and Financial Institutions Forum bahwa mereka memperkirakan inflasi tinggi bertahan pada 2022 di atas target bank sentral 2,0 persen, dan pada tingkat yang lebih kuat.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 5,6 sen atau 0,22 persen, menjadi ditutup pada US$26,025 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik US$9,6, atau 0,92 persen, menjadi ditutup pada US$1,050,6 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper