Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang mencatatkan pelemahan terbesar dalam empat bulan terakhir pada Senin (21/6/2021) menyusul dampak komentar hawkish dari Federal Reserve AS.
Dilansir Bloomberg, aksi jual secara singkat mengirim Nikkei 225 anjlok hingga 4 persen, penurunan terbesar sejak April 2020, di tengah aksi jual global di tengah kekhawatiran kebijakan moneter AS yang kurang akomodatif. Indeks kemudian ditutup melemah 3,29 persen ke 28.010,93.
Sementara itu, indeks Topix ditutup melemah 2,42 persen ke level 1.899,45. Dari 33 sektor industri indeks Topix, hanya 1 yang menguat.
Operator ritel Uniqlo, Fast Retailing Co., dan produsen peralatan chip Tokyo Electron Ltd. menjadi penekan terbesar pada Nikkei 225 Stock Average. Produsen elektronik dan bahan kimia adalah pendorong terbesar indeks Topix luas.
Sektor finansial juga turut menekan indeks, menyusul penurunan imbal hasil Treasury AS jangka panjang setelah The Fed mempercepat langkah pengetatan kebijakan yang diharapkan. Risiko inflasi dapat menjamin dimulainya kenaikan suku bunga tahun depan,
Presiden The Fed wilayah St. Louis James Bullard mengatakan dalam sebuah wawancara di CNBC pada hari Jumat bahwa ada kemungkinan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih awal dari yang direncanakan sebelumnya.
“Imbal hasil turun dalam lingkungan risk-off, jadi tentu saja, saham siklikal akan dijual,” kata Shogo Maekawa, analis JP Morgan Asset Management, seperti dikutip Bloomberg.
"Jika pengetatan moneter terjadi lebih awal dari yang diharapkan, itu mungkin buruk untuk siklus bisnis dalam jangka panjang, sambil menurunkan ekspektasi atas inflasi," lanjutnya.