Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Berakhir Variatif, Nikkei Melemah, Kospi Menguat

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup melemah masing-masing 0,87 persen dan 0,19 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,09 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia berakhir variatif pada perdagangan Jumat (18/6/2021) karena investor membatalkan beberapa perdagangan reflasi dominan tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup melemah masing-masing 0,87 persen dan 0,19 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,09 persen.

Sementara itu, indeks Shanghai Composite melemah 0,01 persen, indeks CSI 300 menguat 0,01 persen, dan indeks Hang Seng menguat 0,59 persen.

Saham melemah di China setelah pemerintah AS mengusulkan larangan produk dari Huawei Technologies Co. dan empat perusahaan elektronik China lainnya.

Imbal hasil obligasi Treasury AS menahan penurunan yang didorong oleh spekulasi investor melepas ekspektasi pada kurva imbal hasil yang lebih curam setelah pejabat The Fed mengisyaratkan dapat memulai pengetatan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Imbal hasil obligasi Australia tenor 3 tahun melonjak setelah seorang ekonom berpengaruh mengatakan dia memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan pada awal 2023.

Sementara itu, tembaga menuju pekan terburuk sejak dimulainya pandemi dan minyak tergelincir pada Jumat. Kenaikan dolar minggu ini telah membuat komoditas yang dijual dalam mata uang greenback lebih mahal sehingga mendorong penurnan.

Investor sekarang memperdebatkan kapan Federal Reserve akan mulai memangkas pembelian obligasi bulanannya. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral siap untuk membahas prospek kenaikan.

Dalam FOMC Meeting, bank sentral juga menunjukkan kemungkinan akan mulai menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan dalam panduan sebelumnya. The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga dua kali pada akhir 2023.

“Apa yang kita lihat di sini adalah interpretasi bahwa pertumbuhan ekonomi membaik dan inflasi meningkat; secara historis keduanya positif untuk area seperti Nasdaq, saham teknologi, dan bahkan saham kapitalisasi kecil,” ungkap direktur pelaksana Direxion Dave Mazza, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper