Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Beri Sinyal Naikkan Suku Bunga, Wall Street Koreksi

Bursa AS jatuh ketika pembuat kebijakan mengungkapkan bahwa mereka mengharapkan dua kenaikan suku bunga pada akhir 2023.
Wall Street./Bloomberg
Wall Street./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Saham Amerika Serikat mengalami koreksi pada perdagangan Rabu (16/6/2021) seiring dengan sinyal kuat Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan, Dow Jones koreksi 0,77 persen ke 34.033,67, S&P 500 turun 0,54 persen ke 4.223,70, dan NASDAQ turun 0,24 persen menuju 14.039,68.

Laporan Reliance Sekuritas Indonesia menyebutkan imbal hasil obligasi melonjak dan saham jatuh untuk hari kedua, setelah pejabat Federal Reserve memberi isyarat bahwa mereka akan mulai memutar kembali stimulus yang telah memicu pemulihan dari pandemi. Saham ditutup dari posisi terendah harian setelah Ketua Fed Jerome Powell meremehkan risiko kenaikan suku bunga segera.

Indeks S&P 500 awalnya jatuh ketika pembuat kebijakan mengungkapkan bahwa mereka mengharapkan dua kenaikan suku bunga pada akhir 2023. Dolar menguat versus rekan-rekan utama.

Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun patokan naik dari level terendah hampir tiga bulan, sementara obligasi lima dan tujuh tahun turun lebih banyak karena pasar menilai ulang waktu kenaikan suku bunga.

Bank sentral mempertahankan kisaran target untuk suku bunga kebijakan acuannya tidak berubah pada nol hingga 0,25 persen - sejak Maret 2020 - dan berjanji untuk melanjutkan pembelian aset pada kecepatan bulanan US$120 miliar hingga "kemajuan lebih lanjut yang substansial" tercapai dibuat pada lapangan kerja dan inflasi.

Proyeksi triwulanan menunjukkan 13 dari 18 pejabat menyukai setidaknya 1 kenaikan tarif pada akhir 2023, dibandingkan 7 pada Maret. Sejumlah 11 pejabat melihat setidaknya 2 kenaikan pada akhir tahun 2023. Selain itu, 7 dari mereka melihat pergerakan pada awal 2022, naik dari 4.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga selama empat bulan berturut-turut, karena waspada terhadap risiko volatilitas keuangan. Hal itu mempertimbangkan kemungkinan bahwa Federal Reserve AS dapat mulai mengetatkan kebijakan moneter akhir tahun ini.

Semua 30 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg mengatakan bank sentral akan mempertahankan tingkat pembelian kembali tujuh hari (BI7DDR) pada rekor terendah 3,5 persen pada hari Kamis.

Gubernur Perry Warjiyo awal pekan ini mengatakan bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan langkah-langkah untuk menstabilkan nilai tukar dalam menanggapi volatilitas pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper