Bisnis.com, JAKARTA – Analis mengungkapkan prospek penerbitan surat utang atau obligasi oleh korporasi cenderung meningkat pada sisa tahun ini seiring dengan gencarnya kebutuhan pendanaan.
Head of Research & Market Information Department PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie menyebutkan penerbitan obligasi korporasi berpotensi meningkat di tahun ini.
“Penerbitan obligasi korporasi berpotensi meningkat di tahun ini,” ungkap Roby saat dihubungi Bisnis, Minggu (13/6/2021).
Menurutnya, hal tersebut dipicu oleh kebutuhan refinancing atau pendanaan ulang yang menjadi peluang ekspansi korporasi. Ditambah tahun ini menurutnya bisa menjadi momentum bagi penerbitan obligasi korporasi seiring dengan kondisi suku bunga yang rendah dan proses pemulihan ekonomi.
Head of Economics Research PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana juga menyatakan hal serupa. Menurut Fikri, prospek penerbitan obligasi korporasi mulai akhir kuartal II/2021 hingga akhir tahun akan membaik jika dibandingkan pada awal kuartal II/2021.
“Di bulan Juni ini kami melihat sih penerbitannya akan semakin positif ya, apalagi di semester dua di bulan Juli sampai di akhir tahun,” tutur Fikri saat dihubungi Bisnis secara terpisah, Minggu (13/6/2021).
Baca Juga
Jika pada awal kuartal II/2021, penerbitan obligasi korporasi sempat terhalang oleh momen Ramadan dan Idulfitri yang membuat banyaknya jadwal libur, mulai saat ini Fikri menilai penerbitan obligasi korporasi akan meningkat.
Berdasarkan perhitungan Pefindo, Fikri mengungkapkan terdapat sekitar Rp90 triliun surat utang yang jatuh tempo mulai kuartal II/2021 hingga akhir tahun 2021 ini, dan porsi terbanyak menurut Fikri terdapat di kuartal kedua dan ketiga jika dibandingkan dengan kuartal keempat.
Menurut Fikri, selain banyaknya surat utang yang jatuh tempo pada momen ini, dia juga melihat pemulihan ekonomi Indonesia menjadi faktor pendorong membaiknya prospek penerbitan obligasi korporasi yang dipercaya akan mendorong kebutuhan pendanaan dari berbagai korporasi yang ada di Indonesia.
Selain pemulihan ekonomi di Tanah Air yang menjadi pendorong, dia juga menjelaskan cost of fund yang saat ini mulai terjaga sehingga bisa lebih kompetitif melakukan aksi pada pertengahan bulan ini Juni 2021 hingga pertengahan tahun 2021.
Hal tersebut didorong oleh keputusan Bank Indonesia yang masih akan mempertahankan kebijakan akomodatifnya.
“Saya pikir itu akan menjadi pendorong penerbitan,” ujar Fikri.
Sementara itu, dia melanjutkan penekanan akan dirasakan untuk beberapa sektor, karena penerbitan obligasi biasanya dominan di sektor multifinance, perbankan, telekomunikasi, dan konstruksi.
Keadaan tersebut membuat penerbitan obligasi korporasi akan bergantung pada kondisi ekonomi dari beberapa sektor tersebut, terutama dari emiten yang akan menerbitkan obligasi itu sendiri.
Fikri mencontohkan dari sektor perbankan dan multifinance yang sekarang kondisi cashflow likuiditasnya agak longar, jadi kemungkinan untuk kebutuhan pendanaan dari surat utang atau kredit masih belum.
Namun, untuk sektor konstruksi dan telekomunikasi menurutnya akan sangat baik prospeknya, karena dua sektor tersebut menurut Fikri kebutuhan pendanaannya cukup besar dan pemulihan dari kedua sektor tersebut masih sangat baik.
Dia kemudian memperkirakan nilai emisi surat utang korporasi pada tahun ini berada pada kisaran Rp130 triliun–Rp150 triliun dengan nilai tengah Rp134 triliun.
“Kami masih melihat sampai akhir tahun diharapkan sih bisa di Rp130-an triliun-Rp150 triliun, rentang tengah kami Rp134 triliun di 2021,” ungkap Fikri.
Dia menyebutkan sepanjang tahun ini, setidaknya korporasi sudah menerbitkan setidaknya Rp56 triliun hingga Rp60 triliun, sehingga masih ada ruang penerbitan obligasi hingga Rp80 triliun sampai akhir tahun.