Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan transaksi pialang saham sepanjang Mei disebabkan berbagai hal, mulai dari minimnya katalis, peralihan ke aset kripto, hingga ketakutan atas “mitos sell in May and go away”.
Berdasarkan data Bloomberg, transaksi sepanjang Mei 2021 hanya mencapai Rp373,58 triliun, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai sekitar Rp396,21 triliun.
Nilai transaksi ini juga jauh lebih rendah dibandingkan awal tahun ini, yang mana sepanjang Januari 2021 nilai transaksi broker menyentuh rekor Rp849,12 triliun selama sebulan. Adapun, sejak Januari, nilai transaksi pialang saham selalu mencatatkan penurunan.
Head of Equity Research BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin mengatakan salah satu penyebab transaksi broker pada Mei ini sepi karena minim katalis yang membuat daya tarik bursa domestik menurun.
“Lalu banyaknya investor ritel yang berinvestasi di kripto juga menjadi faktor,” kata Kim kepada Bisnis, Rabu (2/6/2021).
Meskipun demikian, dia memperkirakan transaksi broker di Juni ini dapat kembali meningkat, seiring tren investor asing yang mulai kembali rajin memborong saham-saham domestik.
Baca Juga
Adapun sentimen utama yang akan mendorong minat investor salah satunya data ekonomi AS seperti data inflasi AS yang rilis pada 10 Mei mendatang serta bagaimana sikap The Fed dalam mengambil kebijakan.
“Kalau setelah itu Fed masih memberikan statement kalau mereka akan tetap mempertahankan kebijakan quantative easing mereka, ini akan positif untuk emerging market,” ujar Kim.
Terpisah, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai penurunan transaksi broker salah satunya disebabkan oleh penanganan Covid-19 yang masih mengkhawatirkan di Indonesia maupun di Asia.
Selain itu, dari sisi global, penurunan harga komoditas, tren kenaikan harga obligasi, serta meningkatnya risiko persepsi pasar membuat investor cenderung tak terlalu agresif bertransaksi sepanjang Mei.
“Berkurangnya hari bursa juga mungkin ikut memengaruhi, tapi seharusnya nggak terlalu signifikan karena libur Lebaran tahun ini kan lebih sedikit dibanding tahun-tahun dahulu,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/6/2021)
Di sisi lain, Reza menyebut investor juga kemungkinan terpengaruhi oleh mitos “sell in may and go away” yang mana bulan Mei dipercaya sebagai bukan bulan yang baik untuk bertransaksi saham karena kinerja saham bulan kelima biasanya memburuk.
“Kalau itu sih sentimen yang terjadi karena ulah mereka sendiri. Mereka takut sendiri jangan-jangan Mei turun nih, akhirnya dia ngga transaksi. Bukan murni salah pasar tapi ulah pelaku pasar juga,” tuturnya.
Untuk perdagangan Juni, Reza memperkirakan nilai transaksi broker akan meningkat meski tidak signifikan. Beberapa sentimen yang dapat menjadi pendorong seperti adanya laporan kuartal I/2021 dari emiten yang berkinerja baik.