Bisnis.com, JAKARTA - PT Archi Indonesia optimistis penawaran umum perdana dapat diserap baik oleh pasar kendati 90 persen dana hasil emisi digunakan membayar utang.
Berdasarkan prospektus perseroan yang diterbitkan pada Senin (31/5/2021), PT Archi Indonesia akan menawarkan sebanyak-banyaknya 4.967.500.000 atau 4,96 miliar saham dalam aksi initial public offering atau IPO.
Saham itu memiliki nilai nominal Rp10 dengan harga penawaran di kisaran Rp750 hingga Rp800 per saham. Archi Indonesia berpotensi menggalang dana segar sebanyak-banyaknya Rp3,97 triliun dalam aksi IPO tersebut.
Jika terealisasi, maka aksi IPO Archi Indonesia dapat menjadi penawaran umum perdana dengan nilai terjumbo dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, jumlah saham yang ditawarkan oleh perseroan tersebut berasal dari 1.242.500.000 atau 1,24 miliar saham baru dan 3.725.000.000 atau 3,72 miliar saham lama milik PT Rajawali Corpora, pemegang saham pengendali perseroan, yang akan didivestasikan.
Archi Indonesia tidak akan menerima dana hasil penjualan saham lama milik perusahaan yang dikendalikan konglomerat Peter Sondakh itu. Dengan demikian, perseroan hanya akan menerima dana hasil emisi sebanyak-banyaknya Rp900 miliar.
Baca Juga
Adapun, manajemen Archi Indonesia menjelaskan bahwa sekitar 90 persen dari dana hasil emisi itu akan digunakan perseroan membayar sebagian pokok utang bank, sedangkan sisanya atau 10 persen untuk modal kerja perseroan.
Wakil Direktur Utama Archi Indonesia Rudy Suhendra mengaku sesungguhnya posisi arus kas perseroan berada dalam posisi kuat. Namun, dia menjelaskan bahwa melalui aksi ini perseroan berencana untuk menurunkan nilai pinjaman dengan pihak ketiga.
“Tujuannya, agar posisi finansial perusahaan semakin kuat dan berkembang sesuai rencana perusahaan,” ujar Rudy saat paparan publik, Senin (31/5/2021).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Archi Indonesia mencatatkan pendapatan sebesar US$393 juta pada 2020. Perolehan itu naik 2,05 persen dibandingkan dengan perolehan US$383 juta pada 2019.
Selain itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$123,33 juta, naik 33,6 persen dari US$92,99 juta laba pada 2019.
Di sisi lain, Archi Indonesia memiliki total liabilitas pada akhir 2020 sebesar US$505,89 juta yang terdiri atas liabilitas jangka panjang US$379,89 juta dan liabilitas jangka pendek US$125,99 juta.
Total aset perseroan pada akhir 2020 di posisi US$600,23 juta dengan total kas dan setara kas sebesar US$40,19 juta.
Sementara itu, Direktur Archi Indonesia Adam Jaya Putra mengatakan bahwa perseroan optimistis aksi IPO dapat terserap baik kendati sebagian besar dana hasil emisi untuk membayar pinjaman.
“Hari ini, kami sudah mulai proses bookbuilding dan kami sudah hampir penuh ordernya. Kami lihat ke depan prospek semakin baik dan akan tambah terus order yang bisa ditempatkan,” papar Adam.
Untuk diketahui, masa penawaran awal IPO Archi Indonesia pada 31 Mei - 9 Juni 2021, perkiraan masa penawaran umum perdana saham 22-24 Juni 2021, dan perkiraan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 28 Juni 2021.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek Archi Indonesia adalah PT BNI Sekuritas, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas, dan PT UOB Kay Hian Sekuritas.