Bisnis.com, JAKARTA – Avrist Asset Management (Avrist AM) meyakini reksa dana saham masih memiliki prospek positif pada tahun ini. Sejumlah strategi telah diberlakukan guna mengatasi volatilitas yang tengah terjadi.
Equity Fund Manager Avrist Asset Management (Avrist AM) Billy Nugraha menerangkan, pihaknya meyakini prospek reksa dana saham masih menarik sepanjang tahun 2021. Hal ini mengingat progres pemulihan ekonomi Indonesia yang terus berjalan.
“Hal ini tentunya positif terhadap pertumbuhan penerimaan bagi emiten-emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kami juga masih yakin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa ditutup di atas 6.300,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, pada Kamis (27/5/2021).
Billy melanjutkan, daya tarik saham Indonesia juga masih lebih tinggi dibandingkan emerging market lainnya. Menurutnya, dari sisi valuasi, pasar saham Indonesia masih terbilang undervalue sehingga potensi masuknya investor akan lebih tinggi.
Dia melanjutkan, pihaknya belum melihat adanya tren kenaikan redemption seiring dengan penurunan kinerja reksa dana saham. Sebaliknya, Billy mengatakan investor di Avrist Asset Management giat melakukan pembelian.
“Pembelian ini terutama terjadi pada reksa dana berbasis index fund yang kami miliki, seperti Avrist IDX30. Tetapi, untuk pasar uang memang lebih banyak redemption mengingat tren suku bunga yang saat ini rendah,” tambahnya.
Baca Juga
Adapun, dalam meracik portofolio reksa dana saham Avrist Asset Management saat ini masih fokus kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki kualitas baik. Mereka juga mempertimbangkan valuasi saham yang dinilai menarik dan memiliki prospek positif.
Di sisi lain, Billy menambahkan, pihaknya juga terus memantau emiten-emiten pada sektor-sektor potensial. Salah satu kriteria yang dicari oleh Billy adalah emiten yang menjadi pionir dalam ekonomi digital (digital economy).
Sementara itu, untuk mengurangi paparan volatilitas, Avrist melakukan perdagangan jangka pendek pada saham-saham berkapitaliasasi pasar jumbo atau big caps. Hal ini dilakukan guna memanfaatkan momentum penguatan yang sewaktu-waktu terjadi.
“Untuk sementara waktu, selain melakukan short term momentum trading, kami juga meningkatkan porsi cash dalam portofolio,” katanya.
Sementara itu, Billy memaparkan, minimnya katalis positif baru yang mampu mendorong pergerakan bursa secara signifikan membuat kinerja reksa dana saham pada Mei 2021 melemah.
Hal tersebut juga ditambah dengan ekspektasi pengetatan kebijakan moneter di AS dengan cara tapering off yang akan berujung pada kenaikan suku bunga di Negeri Paman Sam tersebut. Ekspektasi ini semakin menguat beberapa waktu belakangan mengingat perdebatan terkait outlook angka inflasi ke depannya.
"Satu hal lain yang membuat pasar cenderung sepi adalah sikap investor yang mengantisipasi gebrakan baru BEI untuk menyambut IPO emiten-emiten teknologi dan digital seperti GoTo dan Bukalapak," tambahnya.
Berdasarkan riset dari Infovesta Utama yang dikutip pada Kamis (27/5/2021), pada penutupan periode 11—21 Mei 2021, reksa dana saham membukukan koreksi terdalam dengan kinerja sebesar -2,31 persen.
Pada periode waktu yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar -3,71 persen dan bahkan sempat menyentuh level terendahnya sepanjang tahun 2021 di level 5.761 pada 19 Mei 2021.
Pelemahan IHSG ikut menekan kinerja indeks reksa dana berbasis saham. Infovesta Equity Fund Index tercatat membukukan kinerja sebesar -2,64 persen secara month to date (mtd) dan Infovesta Balanced Equity Fund Index sebesar -1,15 persen.