Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas tergelincir dari level tertingginya dalam empat bulan seiring dengan penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (27/5/2021), harga emas sempat terkoreksi hingga ke level US$1.894,25 per troy ounce pada hari ini. Kemarin, harga logam mulia sempat mencapai US$1.912,76 per troy ounce, atau level harga tertingginya sejak 8 Januari 2021.
Sejauh ini, emas telah menghapus kerugian yang diderita sepanjang 2021 ditengah potensi kenaikan inflasi dan pemulihan ekonomi global yang tidak merata. Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menyatakan kenaikan inflasi hanya akan bersifat sementara, dan meyakinkan investor terkait kelanjutan kebijakan moneter yang akomodatif.
Di sisi lain, Vice Chairman for Supervision The Fed, Randal Quarles mengatakan pembahasan pengurangan pembelian aset-aset yang dilakukan The Fed akan menjadi penting mengingat pemulihan ekonomi yang mulai berjalan.
Sementara itu, bank sentral di Selandia Baru mengikuti langkah Kanada untuk menentukan patokan kenaikan suku bunga acuan pada tahun depan. Hal ini mengindikasikan mulai beranjaknya bank sentral di dunia dari kebijakan-kebijakan moneter darurat yang diberlakukan pada masa pandemi virus corona.
Senior Manager for Commodities Phillip Futures Pte., Avtar Sandhu mengatakan, bank sentral di dunia diyakini akan tetap mempertahankan kebijakan dovish meski nantinya terjadi kenaikan inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi.
Baca Juga
“Hal yang sangat penting untuk emas adalah suku bunga riil (real rates). Apabila bank sentral mempertahankan suku bunga riil yang rendah, hal ini akan menimbulkan sentimen bullish untuk emas,” katanya dikutip dari Bloomberg.