Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Diprediksi Dibuka Sepi Menyusul Pelemahan Wall Street

Saham-saham teknologi dan komunikasi di Wall Street memimpin penurunan indeks S&P 500 pada penutupan perdagangan Senin (17/05/2021) waktu setempat.
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia diprediksi cenderung mengalami pembukaaan perdagangan yang sepi lantaran kasus Covid-19 yang meningkat. Sementara kekhawatiran tentang prospek ekonomi membuat pelemahan pada saham dan dolar di Amerika Serikat (AS).

Melansir Bloomberg, Selasa (18/05/2021), saham-saham teknologi dan komunikasi di Wall Street memimpin penurunan indeks S&P 500, sementara saham energi naik. Saham Apple Inc. dan Microsoft Corp. nampak membebani pergerakan Nasdaq 100.

Pada penutupan perdagangan Senin (17/05/2021) waktu AS, indeks S&P 500 terpantau melemah 0,25 persen menjadi 4.163,29, indeks Dow Jones turun 0,16 persen menjadi 34.327,79, dan indeks Nasdaq 100 anjlok 0,6 persen menjadi 13.312,91.

Sementara itu, harga minyak naik ke level tertinggi dalam dua tahun lantaran meningkatnya optimisme seputar pemulihan permintaan di AS yang mengimbangi gejolak Covid-19 di beberapa negara Asia.

Pelaku pasar pada pekan ini akan mencermati hasil dari rapat bank sentral, The Fed tentang percepatan tekanan harga, dan petunjuk mengenai jadwal untuk mengurangi pembelian aset.

Wakil Ketua The Fed Richard Clarida mengatakan, data gaji tenaga kerja AS pada April yang lebih lemah dari perkiraan membuat pihaknya belum menerapkan kebijakan substansial. Hal ini juga membuat The Fed akan mengurangi pembelian obligasi bulanan.

“Investor harus bersiap menghadapi serangan volatilitas ke depan, didorong oleh data inflasi bersama dengan risiko lainnya, seperti pembatasan saat pandemi,” kata Kepala Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele.

Dia menambahkan, pihaknya tidak melihat kekhawatiran inflasi mengakhiri reli di saham, yang mana mayoritas dipengaruhi faktor siklus pergerakan saham saat ekonomi global kembali dibuka.

Sementara itu, Hong Kong menambahkan Singapura ke daftar negara berisiko tinggi karena kasus Covid-19 meningkat di negara tersebut, dengan jenis Covid-19 yang sangat menular seperti kasus di India. Adapun, Amerika Serikat telah mencatat jumlah infeksi virus korona baru terendah belakangan ini.

Pada bagian lain, Bitcoin berfluktuasi setelah akhir pekan yang bergejolak seiring komentar tajam dari Bos Tesla Inc, Elon Musk. Sedangkan Coinbase Global Inc. jatuh ke rekor terendah dan di bawah harga referensi yang digunakan dalam pencatatan langsung pada April. Komoditas seperti emas tercatat naik ke level tertinggi dalam hampir empat bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper