Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 di Asia Kembali Naik, Harga Emas Makin Bersinar

Perhatian investor kini akan tertuju pada hasil pertemuan bulanan The Fed untuk petunjuk-petunjuk potensial terkait pemulihan ekonomi.
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk. Harga emas dunia mendekati level US$2.000 per troy ounce dan diperkirakan akan terus menguat seiring dengan pelemahan dolar AS./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dunia mencatatkan kenaikan tertinggi dalam lebih dari tiga bulan. Hal ini seiring kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona di Asia yang dapat menghambat pemulihan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (18/5/2021), harga emas di pasar spot terpantau menguat hingga 0,2 persen ke level US$1.870,73 per troy ounce. Level tersebut merupakan harga emas tertinggi sejak 1 Februari lalu.

Penguatan tersebut juga membawa emas semakin dekat dalam upayanya menghapus koreksi pada tahun ini. Mulai masuknya dana ke exchange traded funds (ETF) berbasis emas juga semakin memperkuat sentimen positif bagi investor untuk Kembali ke aset safe haven.

Salah satu katalis positif bagi penguatan harga emas adalah kenaikan penyebaran virus corona  yang terjadi pada beberapa wilayah di Asia. Pandemi virus corona dilaporkan memusnahkan sebuah desa di India.

Sementara itu, pertemuan tahunan World Economic Forum yang sejatinya akan digelar pada Agustus mendatang di Singapura juga dibatalkan. Lonjakan kasus positif juga terjadi di Thailand.

Perhatian investor kini akan tertuju pada hasil pertemuan bulanan The Fed untuk petunjuk-petunjuk potensial terkait pandangan bank sentral AS tentang pemulihan ekonomi. Mereka juga memantau pemahaman The Fed terkait inflasi transisional yang kerap diutarakan oleh para pejabat bank sentral AS.

Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida pada Senin kemarin menyebutkan data ketenagakerjaan AS yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi pada April lalu. Hal tersebut menandakan perekonomian belum pulih secara optimal untuk menghentikan program pembelian obligasi.

Sedangkan Presiden Fed bank of Dallas Robert Kaplan mengatakan, ketidakseimbangan pasokan dan permintaan akan berkontribusi terhadap kenaikan inflasi pada tahun ini. Meski demikian, tekanan harga ini diprediksi akan berkurang pada 2022 mendatang.

John Feeney, business development manager Guardian Gold Australia menyebutkan, sentimen tekanan inflasi akhirnya memicu kenaikan harga logam mulia. Investor ETF emas kini juga mulai mencatatkan net buy setelah terkonsolidasi.

“Cukup masuk akal untuk emas menyusul tren kenaikan harga komoditas lainnya. Ketidakpastian terhadap pandemic virus corona serta mutasi yang terjadi pada wilayah Asia Pasifik akan berimbas pada pembelian aset safe haven,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper